catatanfakta.com - Peringatan Hari Ibu yang jatuh setiap tanggal 22 Desember membawa makna yang mendalam, khususnya dalam upaya memperkuat pemberdayaan perempuan di Indonesia.
Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar menyampaikan harapannya agar momen ini tidak sekadar menjadi ritual tahunan, melainkan sebuah tonggak perubahan menuju kesetaraan gender.
“Saya, Nasaruddin Umar, Menag RI dan Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, mengucapkan selamat Hari Ibu khususnya kepada para ibu di seluruh tanah air kita,” ucap Menag sesampainya di Surabaya, Minggu (22/12/2024).
Baca Juga: Kemenag Luncurkan Program Pemetaan Bahasa Inggris: Siapkah Anda untuk Beasiswa Unggulan?
Kehadiran Menag di Jawa Timur juga untuk menghadiri Haul ke-15 KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan Masyayikh Pesantren Tebuireng.
Hari Ibu di Indonesia memiliki akar sejarah yang kuat, bermula dari Kongres Perempuan Indonesia I yang berlangsung di Yogyakarta pada 22-25 Desember 1928.
Tahun ini, tema “Perempuan Menyapa, Perempuan Berdaya, Menuju Indonesia Emas 2045” diusung sebagai refleksi dari cita-cita bangsa menuju kemajuan.
Baca Juga: Kemenag Apresiasi Guru Madrasah: Temukan Kisah Inspiratif di Anugerah GTK 2024!
Menag menegaskan pentingnya pemberdayaan perempuan tidak hanya dalam lingkup keluarga tetapi juga di berbagai bidang kehidupan.
“Semoga Hari Ibu ini memberikan penguatan terhadap perempuan untuk bisa berdaya guna, lebih berkreasi, dan memiliki power,” tuturnya.
Sebagai bagian dari visi besar Indonesia Emas 2045, Menag berharap perempuan Indonesia dapat mengambil peran yang setara dengan laki-laki.
Baca Juga: Pendidikan Berbasis Cinta: Kemenag Siapkan Generasi Penuh Kasih Sayang, Apa Tujuannya?
“Masa depan kita insya Allah lebih baik jika ada kesetaraan peran antara laki-laki dan perempuan. Separuh penduduk Indonesia adalah perempuan, dan bila mereka berdaya sebagaimana laki-laki, kekuatan bangsa akan berlipat ganda,” tambahnya.
Pernyataan Menag tersebut mencerminkan urgensi untuk membangun fondasi yang kokoh dalam mewujudkan kesetaraan gender. Sebuah penelitian menunjukkan, pemberdayaan perempuan tidak hanya berdampak pada keluarga tetapi juga ekonomi dan pembangunan bangsa.