Jakarta, 29 Agustus 2025 – Wakil Ketua Komisi III DPR RI, Ahmad Sahroni, kembali menuai perhatian publik setelah komentarnya yang melabeli rakyat “tolol” viral dan memicu gelombang kritik besar-besaran di media sosial. Alih-alih meminta maaf, politisi NasDem itu justru mengeluarkan pernyataan balasan yang jauh dari nada penyesalan.

Dari Pernyataan “Tolol” ke Tantangan Debat

Kemarahan publik memuncak ketika pernyataan Sahroni viral di berbagai platform digital. Ia dianggap merendahkan rakyat yang sedang mengkritik kinerja DPR. Bahkan, juara debat internasional Salsa Erwina secara terbuka menantang Sahroni untuk adu argumen di forum publik.

Sayangnya, bukannya menunjukkan sikap menenangkan, Sahroni justru menanggapi dengan cara yang membuat netizen semakin geram.

Baca Juga: Uya Kuya Akhirnya Minta Maaf soal Aksi Joget DPR: 'Saya Tak Ada Maksud Menyakiti Rakyat'

5 Poin Reaksi Sahroni Usai “Dirujak” Netizen

Mengutip laporan Suara.com, berikut rangkuman reaksi Ahmad Sahroni pasca dihujani kritik:

1. Tidak Ada Permintaan Maaf – Sahroni sama sekali tidak menyampaikan penyesalan atas ucapannya.

2. Menyebut Kritik sebagai Hujatan – Ia menilai komentar netizen tidak substantif, hanya serangan pribadi.

3. Merasa Difitnah – Menurutnya, potongan video dan narasi yang beredar sudah dipelintir.

4. Minta Publik Lihat Konteks – Ia meminta rakyat menonton keseluruhan pidatonya agar tidak salah tafsir.

5. Menegaskan Akan Tetap Bicara Blak-blakan – Sahroni menegaskan gaya komunikasinya memang lugas dan tak akan berubah meski banyak yang tersinggung.

Baca Juga: Massa Geruduk DPR! Teriakkan Nama Uya Kuya, Eko Patrio, dan Ahmad Sahroni: Mana Janji Puan?

Netizen Tak Puas, Kritik Semakin Deras

Respons Sahroni ini justru dianggap publik semakin memperkeruh suasana. Banyak warganet menilai DPR kian jauh dari rakyat karena sikap arogan para wakilnya. Tagar #SahroniMintaMaaf dan #RakyatBukanTolol bahkan sempat trending di platform X (Twitter).

Beberapa komentar netizen menohok langsung:

• “Bukan soal konteks, tapi ucapannya jelas merendahkan rakyat.”

• “Kalau merasa elite, jangan lupa yang memilih rakyat juga.”