Catatanfakta.com -, Jakarta – Industri batu bara nasional menghadapi angin sakal di 2025. Permintaan dari dua negara tujuan ekspor utama Indonesia — China dan India — diprediksi melemah, memicu penurunan produksi dibandingkan tahun lalu.
Menurut Direktur Eksekutif Indonesian Mining Association (IMA), Hendra Sinadia, kondisi ini terjadi karena kedua negara tengah menggenjot konsumsi energi dalam negerinya, alias "boosting domestic consumption", sebagai strategi memperkuat ketahanan energi nasional.
"Saya tidak tahu apakah produksi Indonesia telah mencapai puncaknya di tahun lalu, tapi trennya di 2025 ini akan turun dibandingkan sebelumnya," ungkap Hendra dalam diskusi peluncuran laporan The Energy Shift Institute bertajuk “Coal in Indonesia: Paradox of Strength and Uncertainty”, Selasa (17/6/2025).
Baca Juga: Pajero dan Fortuner Diobral, Potong Harga Sampai Rp35 Juta
Dominasi Pasar Asia
Meski ekspor melemah, Hendra menekankan bahwa hampir seluruh pasar batu bara Indonesia masih berasal dari Asia. Ia mencatat sekitar 98-99% ekspor batu bara RI ditujukan ke kawasan ini, sehingga ketegangan geopolitik seperti konflik Timur Tengah atau India-Pakistan tidak akan berdampak besar.
"Dampaknya minimum. Jadi kalau ada konflik di Timur Tengah, itu ‘less impact’ terhadap ekspor batu bara Indonesia," jelasnya.
Batu Bara Masih Jadi Tulang Punggung Energi Domestik
Kendati permintaan ekspor menurun, Hendra meyakini peran batu bara sebagai sumber energi dalam negeri masih krusial, terutama untuk mewujudkan swasembada energi, salah satu misi besar pemerintah.
Baca Juga: Dari Ibu Rumah Tangga Jadi Ratu Afiliator, Raup Rp100 Juta per Bulan dari Live Streaming
"Kita masih akan mengandalkan batu bara dalam jangka menengah, terutama untuk kebutuhan domestik," tegasnya.
Laporan ini menegaskan adanya paradoks: di saat permintaan global melemah, batu bara tetap menjadi pilar penting bagi energi nasional. Di tengah transisi energi yang sedang berjalan, ketahanan dan strategi adaptif industri tambang menjadi kunci keberlanjutan.
Artikel Terkait
Isu Pemotongan Kuota Haji 50%, Menag Nasaruddin Tegaskan Kami Tak Pernah Dengar
Vietnam Resmi Jadi Negara Mitra BRICS, Apa Dampaknya Bagi Kawasan dan Indonesia