Chemistry mereka menjadi elemen vital yang membuat film ini terasa lebih manusiawi dan tidak terlalu suram. Bahkan, Erik kerap mencuri perhatian dari Stefani Reyes (Kaitlyn Santa Juana), sang pemeran utama yang justru tampil paling datar dibandingkan karakter lainnya.
Bahkan karakter pendukung seperti Iris (Gabrielle Rose dan Brec Bassinger) terasa jauh lebih menonjol dan memorable daripada Stefani, menimbulkan catatan bahwa tokoh utama film ini menjadi titik lemah dari sisi karakterisasi.
Klimaks Mengecewakan dan CGI Berlebihan
Sayangnya, film ini tidak mampu mempertahankan intensitas hingga akhir. Babak ketiga, yang seharusnya menjadi klimaks, justru menjadi bagian paling lemah. Eksekusi kematiannya terasa kurang impactful jika dibandingkan dengan pembuka film yang luar biasa kuat.
Baca Juga: BNPT Negara Harus Berdiri Tegak Hadapi Ancaman Radikalisme Demi Stabilitas NKRI
Faktor lain yang mengurangi ketegangan adalah penggunaan CGI berlebihan pada beberapa adegan. Efek visual yang tidak terlalu realistis membuat beberapa kematian tidak lagi terasa menyeramkan atau membekas seperti film-film awal Final Destination yang lebih praktikal.
Akibatnya, rasa “paranoia” khas Final Destination—ketika penonton takut pada benda-benda sehari-hari—tidak terlalu terasa di film ini.
Artikel Terkait
Gubernur Aceh Tolak Ajakan Bobby Nasution Kelola Bersama 4 Pulau Sengketa 'Itu Hak Kami'
3 Orang Dekat Nadiem Diperiksa Kejagung, Dugaan Korupsi Laptop Rp9,9 Triliun Kian Menguat