Ketika Gen Z Memilih Diam dari Dunia Kerja

photo author
- Jumat, 13 Juni 2025 | 11:00 WIB
Ilustrasi seorang anak yang sedang tertidur.  (Unsplash.com/AnnieSpratt)
Ilustrasi seorang anak yang sedang tertidur. (Unsplash.com/AnnieSpratt)

Catatanfakta.com -, Jakarta – Di tengah tekanan ekonomi dan ketatnya persaingan kerja, sebagian besar Gen Z di China kini memilih jalan berbeda. Mereka menolak untuk mengejar karier dengan cara konvensional dan justru menyebut diri mereka sebagai "rat people"—sebuah julukan satir yang mencerminkan gaya hidup penuh keheningan, di dalam kamar, jauh dari hiruk-pikuk dunia kerja.

Alih-alih melamar pekerjaan atau aktif mengikuti pelatihan kerja, mereka lebih memilih untuk rebahan sepanjang hari, bermain ponsel, memesan makanan, dan tidur lebih awal.

Rutinitas mereka nyaris tak berubah dari hari ke hari, dan aktivitas di luar rumah menjadi hal langka. Fenomena ini menjadi viral di media sosial China, seperti Weibo, RedNote, dan Douyin (versi lokal TikTok), dan memunculkan gelombang diskusi sosial yang luas.

Baca Juga: Rambah Indonesia, ANGEL Hadirkan Teknologi Pemurnian Air Standar Antariksa

Simbol Protes Sunyi dari Generasi Lelah

Bagi banyak orang tua atau pengamat luar, gaya hidup ini mungkin tampak seperti bentuk kemalasan. Namun, bagi para “rat people” sendiri, ini adalah bentuk perlawanan pasif terhadap tekanan sistemik dan budaya kerja yang dianggap eksploitatif. Mereka menolak budaya “996” — bekerja dari pukul 9 pagi hingga 9 malam selama enam hari seminggu — yang sudah lama menjadi norma di banyak perusahaan di China.

Seorang pengguna Douyin, dengan akun @jiawensishi, bahkan menjadi populer karena mengunggah rutinitas harian sebagai "manusia tikus". Dalam videonya, ia bangun siang, berselancar di media sosial (doomscrolling), dan kembali tidur sebelum pukul 8 malam. Aktivitasnya yang terkesan “kosong” ini justru mengundang ribuan komentar dan dukungan, utamanya dari sesama Gen Z yang merasa terhubung dengan perasaan lelah dan putus arah.

Komentar yang banyak bermunculan menggambarkan betapa gaya hidup ini dianggap masuk akal oleh sebagian anak muda. “Saya hanya makan sekali sehari dan sisanya rebahan. Ini hidup saya sekarang,” tulis salah satu komentar yang dikutip Fortune, Jumat (13/6/2025).

Baca Juga: Fraksi PPP Dukung Penuh Rencana Perda Pengelolaan Drainase, Solusi Atasi Banjir dan Tata Pemukiman

Bukan Fenomena Lokal, Tapi Global

Perlawanan Gen Z terhadap tekanan hidup bukan hanya terjadi di China. Di Amerika Serikat dan Eropa, gerakan serupa juga merebak, meskipun dengan nama berbeda. Istilah seperti NEET (Not in Employment, Education, or Training), bare minimum Mondays, dan quiet quitting telah menjadi bagian dari kosakata sosial baru yang menggambarkan sikap kritis generasi muda terhadap dunia kerja yang dianggap tak manusiawi.

Data terkini menunjukkan bahwa lebih dari 4 juta Gen Z di Amerika Serikat saat ini tidak memiliki pekerjaan. Di China, angka pengangguran untuk usia muda mencapai satu dari enam orang, menurut data per Februari 2025.

Fenomena ini mencerminkan bukan sekadar kemalasan, tapi kekosongan arah dan kekecewaan terhadap janji-janji mobilitas sosial yang tak terwujud. Banyak dari mereka merasa bahwa kerja keras tidak lagi menjamin kestabilan hidup, apalagi kesejahteraan jangka panjang.

Baca Juga: Legislator PPP Ini Tak Hanya Duduk di Kantor, Hasani Kawal Pengecoran Jalan Hingga Tengah Malam

Perlu Jeda, Tapi Jangan Terjebak

Meskipun gaya hidup “rat people” bisa memberikan ketenangan sesaat, para pakar memperingatkan bahwa jeda terlalu lama dari aktivitas produktif bisa berdampak buruk dalam jangka panjang. Psikoterapis Eloise Skinner menekankan bahwa mengambil waktu untuk berhenti sejenak dari tekanan hidup itu sah-sah saja, selama bukan menjadi gaya hidup permanen.

“Gunakan waktu jeda ini untuk mengeksplorasi minat, mencari tahu apa yang membuatmu semangat, dan mungkin menemukan kembali arah hidup,” ujarnya. Ia juga mengingatkan agar tidak membagikan gaya hidup menganggur secara berlebihan di media sosial, karena dapat menjadi bumerang saat melamar pekerjaan.

"Rekruter bisa saja menilai sikap tersebut bertentangan dengan nilai perusahaan," tambahnya.

Sementara itu, Leona Burton, pendiri komunitas Mums in Business International, menyarankan agar siapa pun yang ingin kembali bangkit melakukannya secara perlahan. “Kamu tidak harus punya semua jawaban sekarang. Cukup mulai dengan satu langkah kecil setiap hari. Mungkin melamar pekerjaan paruh waktu, mencoba usaha kecil, atau hanya berjalan pagi tanpa ponsel.”

Baca Juga: Target Infrastruktur Rp1.900 Triliun Era Prabowo, Pemerintah Andalkan KPBU dan Swasta

“Kamu Tidak Rusak, Tapi Kamu Harus Bergerak”

Fenomena “rat people” adalah cerminan dari generasi yang tengah mencari makna dan arah hidup di dunia yang terus berubah. Mereka tidak kehilangan potensi, hanya sedang menepi. Namun pesan para ahli jelas: jangan tinggal di zona nyaman terlalu lama.

“Kamu tidak tertinggal, kamu tidak rusak, dan kamu tidak sendirian. Tapi kamu tetap harus melakukan sesuatu untuk berubah,” tutup Burton.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Nurhadi.

Sumber: Beragam Sumber

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Peluang Emas Indonesia MasihTerbuka di SEA Games 2025

Sabtu, 20 Desember 2025 | 21:54 WIB
X