catatanfakta.com - Dalam lanskap transportasi nasional, Kereta Api Indonesia (KAI) tampil sebagai pionir revolusi inklusivitas yang mengubah paradigma perjalanan bagi penyandang disabilitas. Melalui terobosan komprehensif, KAI tidak sekadar memberikan fasilitas, melainkan menciptakan ekosistem transportasi yang bermartabat dan setara.
"Kami ingin membuktikan bahwa aksesibilitas bukan sekadar kewajiban, melainkan komitmen moral untuk memberikan pengalaman perjalanan yang bermakna," ungkap Direktur Utama KAI dalam konferensi pers khusus.
Inovasi yang dilakukan KAI melampaui standar konvensional. Pelatihan intensif berbasis sensitifitas difabel dilakukan secara berkelanjutan kepada seluruh frontliner, mulai dari kondektur hingga petugas keamanan. Setiap personel dibekali kemampuan komunikasi inklusif, termasuk penguasaan bahasa isyarat dan pemahaman kebutuhan spesifik setiap kategori disabilitas.
Baca Juga: MOU Antara Pemerintah Bogor dan PT. KAI, Solusi Baru untuk Kesejahteraan Warga?
Stasiun-stasiun KAI kini didesain ulang menjadi ruang publik ramah difabel. Ramp berstandar internasional, guiding block untuk tunanetra, toilet adaptif, dan jalur khusus menjadi bukti konkret komitmen tersebut. Bahkan di LRT Jabodebek, setiap sudut stasiun telah dioptimalkan untuk aksesibilitas universal.
"Kami tidak sekadar memberikan fasilitas, tetapi menciptakan ekosistem yang menghargai kesetaraan," tegas Kepala Divisi Pelayanan KAI.
Puncak inovasi KAI tercermin dalam kebijakan diskon 20 persen bagi penyandang disabilitas. Program ini tidak sekadar potongan harga, melainkan wujud penghargaan dan pemberdayaan. Registrasi sederhana melalui aplikasi Access by KAI memudahkan akses, dengan persyaratan dokumen yang transparan dan tidak diskriminatif.
Baca Juga: Tak Mau Ketinggalan? Cek Jadwal Kereta Tambahan KAI untuk Pulang Kampung Jelang Idul Adha
Keberagaman fasilitas meliputi kursi prioritas berlabel khusus, ruang kursi roda yang ergonomis, hingga pengait keamanan di dalam kereta. Setiap detail dirancang dengan mempertimbangkan kenyamanan dan kemandirian penumpang penyandang disabilitas.
"Perjalanan adalah hak asasi, bukan privilese. Kami ingin memastikan setiap warga negara dapat menjangkau destinasi impiannya tanpa hambatan," tambahnya.
Langkah KAI ini bukan sekadar transformasi infrastruktur, melainkan revolusi mindset sosial. Dengan pendekatan holistik, mereka membuka ruang dialog dan pemahaman yang lebih inklusif dalam ekosistem transportasi nasional.
Baca Juga: Libur Panjang, Kereta Api Indonesia (KAI) Diserbu Penumpang
Ke depan, KAI berkomitmen terus mengembangkan inovasi aksesibilitas, tidak sekadar memenuhi standar minimal, tetapi menjadi teladan transformasi sosial yang sesungguhnya.
Artikel Terkait
Ketua DPRD Kabupaten Bogor, Rudy Susmanto, Menyampaikan Dukacita dan Harapkan Klarifikasi KAI Terkait Tragedi Tabrakan Kereta di Bandung
KAI Siapkan 4,2 Juta Tiket untuk Angkutan Lebaran 2024, Berikut Rinciannya
Persiapan Megah! PT KAI Siapkan 128 Ribu Tiket KA Pangrango dan Siliwangi untuk Mudik Lebaran 2024!
PT KAI Daop 7 Madiun 'Menggila' dengan Dana CSR Rp293,76 Juta! Apa yang Mereka Lakukan?
Jadilah Bagian Dari Perkeretaapian Indonesia Lewat Rekrutmen Besar-Besaran 2024 di PT KAI