catatanfakta.com - Kematian Putu Satria Ananta Rastika (19), seorang taruna Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Jakarta, telah memicu diskusi tentang budaya kekerasan di institusi dengan ikatan dinas.
Jenazahnya dipindahkan dari rumah duka B ke rumah duka A di Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Jakarta Timur pada Sabtu (04/05).
Menurut Koordinator Nasional Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI), Ubaid Matraji, kekerasan senior terhadap junior merupakan masalah "kurikulum tersembunyi" dalam institusi dengan ikatan dinas.
Baca Juga: Prabowo Ambil Langkah Besar: Bangun SMA Taruna Nusantara di Tanah Kalimantan
"Faktanya, insiden semacam ini tidak mungkin terjadi tanpa diketahui oleh siapa pun. Mohon tanya kepada para korban, mohon dilakukan penyelidikan, ini harus diketahui," kata Ubaid kepada BBC News Indonesia pada Minggu (05/05).
Namun, Kementerian Perhubungan membantah tuduhan tersebut terjadi di sekolah-sekolah di bawah wewenangnya.
Kementerian menyatakan bahwa mereka telah membentuk sebuah tim untuk melakukan investigasi internal terkait kasus ini serta meningkatkan pengawasan terhadap taruna tinggi di bawah Kementerian Perhubungan.
Baca Juga: Aksi Kreatif di Pantai Cibutun Loji Menimbulkan Kontroversi: Karang Taruna Siap Bertindak
Kepala STIP, Ahmad Wahid menyatakan bahwa budaya kekerasan telah dihapus meskipun insiden pengeroyokan terhadap seorang taruna kembali terjadi.
Sementara itu, Kapolres Jakarta Utara, Komb. Gidion Arif Setyawan melaporkan bahwa hasil autopsi menunjukkan bahwa korban meninggal setelah menerima pukulan lima kali di bagian perut pada hari Jumat (03/05).
Kejadian tersebut terjadi setelah dia dan empat orang lainnya menggunakan seragam olahraga di dalam kelas yang dianggap angkatan senior sebagai tindakan yang salah.
Baca Juga: Pesan Penting Camat Cibinong, Saat Pelantikan dan Pengukuhan Pengurus Karang Taruna Kec. Cibinong
Mereka dibawa ke kamar mandi dan dipukuli. Korban jatuh pingsan setelah beberapa kali dipukul hingga senior mencoba membuka jalur pernapasan.
Namun, upaya ini malah menutupi aliran oksigen dan berhenti memberi oksigen ke organ vitalnya hingga menyebabkan kematian.
Artikel Terkait
Anthony Ginting Kalah di Laga Perdana Final Thomas Cup 2024, Indonesia Tertinggal 0-1 dari China
i Shi Feng vs Jonatan Christie: Duel Sengit di Final Piala Thomas 2024
Kehadiran Ricky Soebagdja dan Taufik Hidayat, Legenda yang Berpengaruh bagi Tim Indonesia di Thomas Uber Cup 2024
Jonatan Christie, Menang dalam Laga Final Indonesia VS China Tekad Juang di Piala Thomas 2024
Jonatan Christie vs Li Shi Feng: Semangat Juang Menjadi Kunci Kemenangan Di Piala Thomas 2024