Catatanfakta.com - Film horor terbaru dari Korea Selatan, "Exhuma," telah mencuri perhatian penonton dengan pendekatan yang berbeda dalam menyajikan ketegangan.
Sutradara dan penulis naskah, Jang Jae-hyun, berhasil membangun atmosfer yang mencekam tanpa harus mengandalkan jump scare atau adegan berdarah.
Dalam "Exhuma," Jang Jae-hyun menunjukkan evolusi dari kritik sebelumnya terhadap proyek-projeknya.
Baca Juga: Habib Hasan bin Jafar Assegaf: Wafatnya Tokoh Agama yang Meninggalkan Jejak Kebaikan
Film ini dianggap sebagai langkah penebusan dosa setelah dua film sebelumnya, "The Priests" dan "Svaha: The Sixth Finger," mendapat sorotan terkait pengembangan cerita dan narasi.
Penonton dibawa dalam teror mimpi buruk yang menghantui sebuah keluarga kaya, dengan nuansa kekuatan gaib yang tidak kasat mata.
Penceritaan berjalan perlahan namun intens, dengan tambahan unsur misteri dari tradisi dan kepercayaan masyarakat Korea.
Diperkuat dengan penampilan apik dari para pemeran utama seperti Choi Min-sik dan Kim Go-eun, "Exhuma" berhasil mempertahankan ketegangan melalui scoring dan efek suara yang membangun ketidaknyamanan di antara penonton.
Namun, film ini juga menghadirkan catatan terkait pengungkapan metafora dan simbolisme sejarah yang terkadang sulit dipahami oleh sebagian penonton, terutama terkait sejarah imperialisme Jepang di Semenanjung Korea.
Dengan pendekatan yang menggabungkan kualitas akting yang kuat, atmosfer yang mencekam, dan pengembangan cerita yang cermat, "Exhuma" menjadi sebuah pengalaman horor yang memikat tanpa harus mengandalkan trik-trik klise genre tersebut.
Artikel Terkait
Bahlil Lahadalia dan Luhut Pandjaitan: Debat atau Perbedaan Pendapat? Ini Yang Terjadi di Balik Rapat Terbatas
Ramai di Medsos, Polemik Takjil Antara Muslim dan Nonis di Madiun: Wali Kota Maidi Menyuarakan Toleransi