Catatanfakta.com - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, memberikan peringatan serius terkait krisis air yang saat ini mengintai seluruh negara di dunia.
Dalam pernyataannya yang sangat menggugah, Dwikorita mengungkapkan bahwa krisis air menjadi ancaman global yang nyata dan harus segera menjadi perhatian bersama.
Salah satu penyebab utama krisis air adalah meningkatnya emisi gas rumah kaca, yang secara drastis meningkatkan suhu udara global.
Baca Juga: Kuliner Pedas Boyolali yang Harus Dicoba: 5 Restoran Terfavorit dengan Harga Ramah di Kantong
Akibatnya, proses pemanasan global terus berlanjut, memicu perubahan iklim yang bisa menimbulkan krisis air, krisis pangan, dan bahkan krisis energi.
Dampaknya juga terasa melalui peningkatan frekuensi, intensitas, dan durasi bencana hidrometeorologi.
Menurut Dwikorita, variabilitas dan perubahan iklim sering kali memengaruhi ketersediaan air. Pola air yang berubah-ubah secara spasial dan temporal akibat dinamika siklus air dan interaksi dengan manusia membuat sumber daya air menjadi semakin tidak dapat diprediksi.
Selain itu, perubahan ekstrem terkait air sangat berdampak pada kehidupan, ekosistem, dan masyarakat secara keseluruhan.
Musim kemarau yang berkepanjangan dan keterbatasan akses air bersih serta infrastruktur pengelolaan air menjadi tantangan besar dalam mencapai kesetaraan dan keadilan dalam akses terhadap air.
Tantangan lain yang perlu diatasi adalah ekstraksi air tanah yang menyebabkan penurunan muka air tanah.
Jika situasi ini terus berlanjut, maka krisis air berpotensi berdampak pada krisis pangan, energi, bahkan konflik sosial.
Baca Juga: Berita Sensasional: Semburan Gas Misterius di Bogor Akibat Pengeboran Air
Dwikorita berharap negara-negara yang memiliki sumber daya dan kapasitas besar bersedia berbagi pengetahuan, teknologi, dana, serta manajemen sumber daya air dengan negara-negara yang lebih rentan.
Artikel Terkait
Pembelajaran Berregulasi Sendiri Meningkatkan Efisiensi Belajar, Bukan Memperlambatnya!
Skandal Cinta Mahasiswi UIN Raden Intan Lampung, Veni Oktaviana, dan Dosen Suhardiansyah: CintaTerlarang