Ganjar Pranowo di Tayangan Azan Televisi: Politik Identitas atau Kebajikan?

photo author
- Kamis, 14 September 2023 | 10:25 WIB
Menag Yaqut Cholil Qoumas pads orientasi bagi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kinerja (PPPK).
Menag Yaqut Cholil Qoumas pads orientasi bagi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kinerja (PPPK).

Catatanfakta.com- Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas, telah menyuarakan pandangannya mengenai kemunculan Ganjar Pranowo dalam tayangan azan di televisi swasta.

Perdebatan seputar apakah ini merupakan bentuk politik identitas atau bukan telah mencuat, dan Yaqut memutuskan untuk memberikan pandangan pribadi.

Dalam acara Pembukaan Orientasi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) di Surabaya, Yaqut Cholil Qoumas mengungkapkan ketidaksetujuannya terhadap label "politik identitas" yang dilekatkan pada tayangan tersebut.

Baca Juga: Kontroversi Besar! Ganjar Hadir di Adzan Maghrib di Layar Kaca Begini Reaksi Menag

Ia bertanya, "Masa itu politik identitas? Definisinya gimana politik identitas?"

Yaqut menyoroti bahwa pandangan terhadap tindakan tersebut sangat subyektif, bergantung pada sudut pandang individu, dan memberikan contoh menarik dengan mengatakan,

"Jika saya tiba-tiba muncul di iklan minuman air mineral, saya tidak ingin disalahpahami sebagai seorang penjual air."ungkapnya

Baca Juga: Tugas dan Tanggung Jawab Seorang Manajer dalam Bidang Tertentu

Sebelumnya, Ganjar Pranowo, yang juga merupakan bakal calon presiden dari PDIP, muncul dalam tayangan Azan Magrib di salah satu stasiun televisi swasta.

Dalam tayangan itu, ia terlihat sedang melaksanakan salat berjamaah, mengenakan kemeja putih, peci hitam, dan sarung batik. Ganjar juga mempersilakan jemaah untuk masuk masjid.

Reaksi terhadap tayangan tersebut beragam di media sosial, dengan sebagian besar menganggapnya sebagai politik identitas.

Baca Juga: 18 Tokoh dan Kelompok Penerima Anugerah Ikon Pancasila dan Insan Pancasila 2023: Inspirasi Bagi Semua Generasi

Namun, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto berpendapat sebaliknya. Menurutnya, ajakan kepada masyarakat untuk beribadah adalah hal yang baik, dan ini bukanlah politik identitas yang merugikan.

"Menurut Hasto Kristiyanto, politik identitas merupakan jenis politik yang tidak berkontribusi pada peningkatan intelektualitas dan kualitas prestasi bangsa." kata Hasto Kristiyanto.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Nurhadi.

Sumber: Catatanfakta.com

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Peluang Emas Indonesia MasihTerbuka di SEA Games 2025

Sabtu, 20 Desember 2025 | 21:54 WIB
X