informasi

Puncak Hujan 2026, Indonesia Terancam Banjir dan Longsor Besar

Senin, 8 Desember 2025 | 16:00 WIB
Ilustrasi hujan / Freepik

catatanfakta.com – Puncak musim hujan 2026 diprediksi membawa ancaman banjir dan longsor besar di berbagai wilayah Indonesia. Guru Besar Teknik Geologi dan Lingkungan UGM, Prof. Dwikorita Karnawati, memperingatkan bahwa kondisi atmosfer yang labil dan intensitas hujan tinggi menjadi pemicu utama bencana hidrometeorologi. “Peristiwa di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat menunjukkan betapa rentannya kawasan dengan lereng curam, alih fungsi lahan, dan geologi rapuh,” ujar Dwikorita.

Ia menjelaskan bahwa aliran debris seperti lumpur, batu, kayu, dan sedimen dapat bergerak sangat cepat saat hujan ekstrem mengguyur daerah pegunungan. “Material seperti ini bisa menghantam permukiman dalam hitungan detik. Warga di bantaran sungai dan tebing harus mendapat peringatan dini dan meningkatkan kewaspadaan,” tegasnya.

Dwikorita menekankan pentingnya kesiapan terhadap peringatan dini BMKG. Menurutnya, masyarakat harus mampu merespons cepat agar korban dapat diminimalkan. “Aliran debris sangat destruktif dan membutuhkan respons segera dari warga di zona rawan,” katanya.

Baca Juga: BMKG Minta Warga Siaga, Cuaca Ekstrem Ancam Nusantara Akibat Empat Fenomena Atmosfer

BMKG mencatat peningkatan bibit siklon tropis dari Desember hingga Maret atau April, terutama di wilayah selatan khatulistiwa seperti Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi selatan, Maluku, dan Papua bagian selatan. “Wilayah-wilayah ini seharusnya sudah bersiaga sebagaimana yang baru saja terjadi di Sumatera,” ungkap Dwikorita.

Ia meminta pemerintah daerah melakukan identifikasi ulang zona rawan, membatasi aktivitas masyarakat selama peringatan dini, serta menyiapkan jalur evakuasi dan lokasi pengungsian aman. “Langkah-langkah ini harus segera dilakukan di wilayah yang sudah ditetapkan dalam peringatan dini BMKG,” katanya.

Menurutnya, kesiapan logistik serta rencana kontinjensi menjadi kunci agar penanganan darurat tidak terhambat. Pemerintah daerah juga diminta memastikan ketersediaan alat berat, peralatan evakuasi, dan jaringan komunikasi. “Semua sarana ini harus siap agar respons bisa dilakukan tanpa hambatan,” imbuhnya.

Baca Juga: Air Danau Toba Keruh dan Viral, Bobby Nasution Sedang Diteliti, Kemungkinan karena Cuaca

Dwikorita menegaskan pentingnya koordinasi lintas instansi, termasuk dengan BMKG dan BNPB, bahkan membuka peluang operasi modifikasi cuaca bila diperlukan. “Koordinasi yang kuat memungkinkan langkah pengurangan risiko berjalan lebih efektif,” ujarnya.

Ia mengingatkan bahwa bencana di Sumatera harus menjadi alarm keras bagi semua pihak. Mitigasi, menurutnya, tidak boleh lagi reaktif. “Mitigasi bencana harus berbasis pemulihan dan perlindungan lingkungan agar peradaban yang lebih baik dan berkelanjutan bisa terwujud,” tandasnya.

Menutup pernyataannya, Dwikorita mengajak semua pihak bergerak cepat menghadapi potensi cuaca ekstrem dalam beberapa bulan ke depan. “Kita harus bergerak sekarang sebelum curah hujan ekstrem memperbesar ancaman di daerah rentan hidrometeorologi,” tutupnya.

Tags

Terkini

Peluang Emas Indonesia MasihTerbuka di SEA Games 2025

Sabtu, 20 Desember 2025 | 21:54 WIB