Catatanfakta.com -, Bandung – Gunung legendaris dengan cerita Sangkuriang ini kembali menunjukkan gejala vulkanik aktif. Sejak beberapa hari terakhir, Gunung Tangkuban Parahu mengalami peningkatan aktivitas, termasuk gempa low-frequency (LF), tremor terus-menerus, dan hembusan asap dari Kawah Ratu. Istilah geologinya: gunungnya mulai menggeliat pelan-pelan.
Jumat pagi (27/6/2025), Badan Geologi mengumumkan bahwa Tangkuban Parahu mengalami gejala inflasi atau penggembungan. Ini berarti ada akumulasi tekanan magma atau gas panas di bawah permukaan. Meski belum naik level, potensi erupsi freatik tetap diwaspadai.
“Hal ini menjadi perhatian karena potensi erupsi freatik bisa terjadi tiba-tiba tanpa gejala yang jelas,” jelas Kepala Badan Geologi, M. Wafid, dalam pernyataannya.
Baca Juga: Jakarta Pagi Ini Paling Berpolusi di Dunia, Apa Kabar Udara Kita?
Apa Itu Erupsi Freatik?
Sebelum buru-buru panik, mari kenali dulu istilah ini. Erupsi freatik adalah letusan yang disebabkan oleh air yang bersentuhan dengan magma panas, menghasilkan ledakan uap tanpa disertai lelehan lava. Sering kali terjadi mendadak, dan meski tak selalu besar, tetap berisiko bagi orang yang berada terlalu dekat dengan kawah.
Gunung Tangkuban Parahu dikenal memiliki karakter letusan seperti ini. Dalam sejarahnya, erupsi-erupsi kecil sering datang dari Kawah Ratu, bukan dari puncak seperti gunungapi pada umumnya.
Data Kegempaan yang Meningkat
Badan Geologi mencatat lonjakan signifikan dalam aktivitas seismik:
-
24 Juni: 90 kejadian gempa LF
-
25 Juni: 103 kejadian
-
26 Juni: 116 kejadian
Selain itu, tercatat juga 1 gempa vulkanik dalam (VA) serta tremor menerus dengan amplitudo 0,5–1 mm. Visual di lapangan memperlihatkan hembusan asap dari Kawah Ratu setinggi 180 meter, dan hembusan tipis di Kawah Ecoma setinggi 15 meter. Sejak 5 Juni, terbentuk pula bualan lumpur—fenomena khas lumpur panas yang menjadi pertanda aktivitas dalam.
Meski data kandungan gas belum menunjukkan perubahan mencolok, inflasi di tubuh gunung adalah sinyal jelas bahwa tekanan sedang dibangun.
Baca Juga: BKT, Oase Tenang dan Hemat untuk Liburan Keluarga di Jakarta Timur
Tetap di Level I (Normal), Tapi...
Gunung yang terletak di perbatasan Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Subang, Jawa Barat ini masih berada pada Level I (Normal). Artinya, belum ada kondisi darurat. Namun, istilah "normal" di sini tidak berarti bebas risiko.
Badan Geologi mengimbau:
-
Jangan berada di dasar kawah aktif.
-
Hindari berlama-lama di sekitar Kawah Ratu.