Apa Itu Main Character Energy?
MCE adalah istilah viral dari media sosial—terutama TikTok—yang menggambarkan seseorang yang menjalani hidup seolah-olah mereka adalah tokoh utama dalam sebuah film atau serial drama.
Bisa berupa hal sederhana, seperti mendengarkan lagu sedih sambil naik ojek malam hari, atau berdiri di jendela saat hujan dengan tatapan kosong, seolah dunia sedang memperhatikannya.
Tapi kenapa banyak orang merasa relate?
Baca Juga: Resmi! Anggoro Eko Cahyo Jadi Direktur Utama BSI, Ini Profil dan Rekam Jejaknya
1. Bentuk Coping di Era Overwhelmed
Kehidupan modern sering terasa penuh tekanan—mulai dari pekerjaan, pendidikan, percintaan, hingga ekspektasi sosial. Dalam situasi itu, berfantasi sebagai “pemeran utama” menjadi bentuk pelarian psikologis yang sehat.
Psikolog klinis Dr. Ika Nurfitriani menyebut ini sebagai bentuk self-narrative therapy, di mana seseorang menciptakan cerita hidupnya sendiri sebagai bentuk kontrol terhadap realita.
Baca Juga: Angkara Murka: Horor Psikologis Sarat Mistis dan Kritik Sosial Siap Tayang 22 Mei 2025
2. Efek Media Sosial: Dunia Panggung Terbuka
Instagram, TikTok, hingga Twitter mendorong narasi personal yang “filmik”. Orang mengunggah momen dengan filter, soundtrack, dan caption yang kuat. Semua seakan jadi episode dalam serial hidupnya.
Tidak salah, tapi jika tidak diiringi kesadaran realita, bisa membuat seseorang terlalu fokus pada pencitraan dan lupa menjalani kehidupan asli.
3. Self-Love vs Narsistik Tipis Banget Bedanya
Main character energy bisa jadi cara untuk meningkatkan self-worth dan confidence. Namun bila tidak hati-hati, ini juga bisa memicu perilaku narsistik atau egois.
"Merasa berharga itu penting, tapi ingat: hidup ini film ensemble, bukan solo show," ujar konselor psikologi sosial, Maya Indriyani.
Baca Juga: Messi Kembali, Tapi Argentina Tak Utuh: Apa yang Direncanakan Scaloni di Tengah Badai Absensi?
4. Kenapa Banyak Gen Z dan Milenial Merasa Relate?
Karena mereka tumbuh di era visual, cerita, dan eksistensi digital. Mereka dibesarkan dengan film coming-of-age, vlog, dan media yang selalu menekankan bahwa setiap orang bisa “berbeda dan istimewa”.
Itu bukan hal buruk—selama disadari bahwa jadi “main character” nggak selalu berarti paling benar, paling penting, atau paling menderita.