Catatanfakta.com- Orangtua adalah sosok penting dalam kehidupan anak, mereka sangat berperan dalam memberikan arahan dan dukungan untuk masa depan anak.
Namun, beberapa orangtua justru terlalu menuntut anak mereka untuk mencapai standar yang tinggi tanpa pernah memberikan apresiasi atas setiap usaha dan kerja keras yang telah dilakukan anak.
Sebuah contoh, seorang anak belajar dengan keras dan berhasil menduduki peringkat ketiga dari 40 anak di kelasnya. Anak tersebut sangat bersemangat dan mengabarkan prestasinya pada orangtua nya.
Baca Juga: Mulai Hari Ini, Punya Motor 250-500cc Harus Punya SIM C1
Namun, bukannya menerima apresiasi, ia malah mendapat perkataan "Kenapa tidak langsung menjadi juara satu saja?" dari orangtuanya yang tidak berpuas hati dengan peringkat ketiga.
Sikap orangtua seperti ini dapat berdampak buruk pada anak. Anak menjadi tidak percaya diri dan haus akan validasi dari orang lain.
Mereka bahkan mungkin menghindar dari sumber kebahagiaan yang seharusnya mereka dapatkan dari rumah dan mencari kesenangan di luar rumah.
Baca Juga: Terapkan Single Data, SIM Bakal Gunakan Nomor Induk Kependudukan Tahun Depan
Hal ini disebabkan oleh ketidakmampuan orangtua untuk mengapresiasi setiap usaha dan kerja keras dari anak.
Ada sebuah teori psikososial dari Erik Erikson yang berkaitan dengan masalah ini.
Pada tahap ketekunan vs rendah diri (6-12 tahun), anak mulai mengembangkan rasa bangga atas apa yang mereka kerjakan.
Baca Juga: Nasi Kentut, Wisata Kuliner Medan yang Menjadi Kekayaan Istimewa
Namun, tahap ini hanya akan berhasil jika didukung penuh oleh orangtua. Ketika orangtua tidak memberikan dukungan, anak akan gagal dalam tahap ini.
Oleh karena itu, barangkali kita semua sebagai orangtua perlu belajar untuk mengapresiasi anak kita dan memahami bahwa setiap anak memiliki tingkat kemampuan yang berbeda-beda.