catatanfakta.com - Kematian Ebrahim Raisi, mantan Presiden Iran telah membagi warga negaranya menjadi dua kubu. Beberapa warga meratapi kematian Raisi, sementara yang lain merayakan kematiannya.
Raisi dikenal memiliki karir yang sangat kontroversial dalam pemerintahan dan banyak warga merasa kematian Raisi bahwa akan memberikan perubahan positif bagi negara mereka.
Setelah Raisi dinyatakan meninggal, banyak warga Iran yang berkabung mengekspresikan kesedihannya dengan cara memakai baju hitam dan mengangkat poster mendiang Presiden Raisi.
Namun, ada banyak warga Iran yang memilih untuk tidak mengikuti acara berkabung dan justru merayakan kematian Raisi. Mereka memposting foto dan video rayuan mereka ke media sosial, dengan beberapa orang menggunakan kembang api dan tarian untuk merayakan kematiannya. Seorang pengguna media sosial bahkan menyarankan bahwa rezim Iran seharusnya menerapkan jam malam militer ketimbang berkabung selama tiga hari.
Profesor dari Universitas Malardalen di Swedia, Mehrdad Darvishpour mengatakan bahwa Raisi adalah salah satu figur paling kontroversial dan kriminal dari rezim tersebut. Menurutnya, akan menjadi lebih adil jika Raisi diadili atas tindakannya di pengadilan internasional.
Kendati demikian, banyak warga Iran merasa senang dengan kematian Raisi sebagai figur paling mungkin yang menggantikan Ayatollah Ali Khamenei sebagai Pemimpin Tertinggi.
Baca Juga: Piala Dunia U-17 2023: Maroko Menang Dramatis Dalam Adu Penalti melawan Iran U-17
Namun, banyak pihak mengkritik perilaku sejumlah warga Iran yang merayakan kematian Raisi. Beberapa pendukung Raisi memprotes ulah warga yang membenci Raisi dan mendukung mereka yang berkabung. Bahkan, ada sejumlah ancaman yang diarahkan kepada warga yang merayakan kematian Raisi.
Beberapa ulama pun mengutuk aksi merayakan hal tersebut dan mempersoalkan moralitas sehingga mengeluarkan ancaman.
Sebelum menjadi Presiden, Raisi memajukan karirnya sebagai jaksa agung di pinggiran kota Teheran dan kemudian dia menjabat sebagai wakil jaksa di ibu kota. Pada akhir tahun 1980-an, ia diduga memainkan peran penting dalam pelaksanaan eksekusi ribuan tahanan politik.
Baca Juga: Sejarah Panjang Hubungan Israel-Iran: Dari Kawan Hingga Menjadi Setan
Meski begitu, ia membantah telah terlibat dalam kejahatan tersebut. Pada tahun 1989, ia dipromosikan menjadi kepala jaksa Teheran dan menjadi kepala kehakiman pada tahun 2004. Terakhir, ia memenangkan pemilihan presiden pada tahun 2021, meskipun jumlah pemilih dalam pemilu tersebut mencapai rekor terendah.
Pemerintah Iran telah mengumumkan lima hari berkabung nasional atas kematian Presiden Raisi dan pada saat yang sama, juga rockband Metallica dijadwalkan akan memberikan konser di negara tersebut. Namun, konser itu telah dibatalkan karena menimbulkan banyak kritik dan kontroversi di kalangan pendukung Raisi.