Catatanfakta.com - Awal puasa atau 1 Ramadan 1445 Hijriah di Indonesia kembali menjadi perdebatan, dengan berbagai pihak seperti Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), serta Muhammadiyah memiliki pandangan yang berbeda terkait jadwalnya.
Menurut informasi dari Kementerian Agama (Kemenag), sidang isbat penetapan 1 Ramadan akan dilaksanakan pada Minggu (10/3) besok.
Namun, sejumlah versi jadwal puasa hari pertama di Indonesia sudah muncul seiring dengan potensi perbedaan pandangan.
BMKG merinci bahwa ketinggian hilal di Indonesia saat Matahari terbenam pada 10 Maret berkisar antara 0,33 hingga 0,87 derajat di berbagai lokasi.
Berdasarkan kriteria Menteri-menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS), BMKG memproyeksikan awal bulan puasa versi kalender resmi dimulai pada 12 Maret.
Sementara itu, BRIN meyakini awal puasa jatuh pada Selasa (12/3).
Thomas Djamaluddin, Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Antariksa BRIN, menyatakan bahwa hasil prediksi posisi hilal pada 10 Maret menunjukkan bahwa hampir seluruh wilayah Indonesia tidak bisa melihat hilal, dan pada waktu Maghrib tanggal 10, tidak ada hilal yang terlihat.
Di sisi lain, Muhammadiyah telah lebih dulu menetapkan tanggal awal puasa Ramadan 2024 sejak jauh-jauh hari.
Mereka menggunakan metode hisab hakiki dengan perhitungan astronomis, di mana ketinggian dan elongasi hilal tidak dijadikan patokan utama.
Muhammadiyah telah menetapkan 1 Ramadan 1445 H pada Senin, 11 Maret, berdasarkan hisab hakiki wujudul hilal.
Kontroversi ini menciptakan ketidakpastian terkait awal puasa Ramadan di Indonesia, dengan masyarakat yang kini harus menunggu hasil Sidang Isbat Kemenag untuk mendapatkan keputusan resmi.