Kisah Wanita Muda yang Lompat dari Lantai 19

photo author
- Kamis, 10 Juli 2025 | 13:40 WIB
Aktivitas Terakhir Pegawai BI Sebelum Bunuh Diri Dari Lantai 15 Gedung BI (pexel @cottonbro)
Aktivitas Terakhir Pegawai BI Sebelum Bunuh Diri Dari Lantai 15 Gedung BI (pexel @cottonbro)

Catatanfakta.com -, Jakarta – Sore itu, langit Jakarta mulai berubah warna keemasan ketika suara gaduh mengejutkan penghuni sebuah apartemen di kawasan Kalibata, Jakarta Selatan. Tak berselang lama, sebuah video viral menyebar cepat di media sosial: seorang wanita muda berbaju pink tersangkut di atap lantai dasar setelah jatuh dari lantai 19.

Di video berdurasi singkat itu, tubuhnya tampak tergeletak dengan kaki dalam posisi tak wajar. Kaki patah. Tapi ia hidup. A (23)—begitu inisialnya disebut—baru saja selamat dari kemungkinan maut yang begitu dekat.

Panik yang Berujung Luka

Kisah ini bukan tentang aksi nekat atau putus asa seperti yang biasa diduga publik saat mendengar seseorang melompat dari ketinggian. Kompol Mansur, Kapolsek Pancoran, mengungkapkan bahwa insiden yang terjadi Rabu sore, 9 Juli 2025, itu berakar dari kepanikan mendadak.

Menurut keterangan pihak kepolisian, semuanya bermula saat seorang ODGJ (Orang dengan Gangguan Jiwa) tanpa diketahui identitasnya, berhasil menyelinap masuk ke area apartemen. Entah bagaimana, orang itu naik ke lantai atas—menuju tempat korban berada. Saat wanita muda itu menyadari ada orang asing di dekat kamarnya, panik menyergap cepat.

“Kamarnya dikunci. Tapi dia lihat ada orang yang nggak dikenal naik ke lantai. Kaget, panik, langsung lari ke balkon,” terang Kompol Mansur.

Detik-detik selanjutnya berlangsung seperti kilat. Tanpa sempat berpikir panjang, A mengambil keputusan ekstrem. Dari balkon lantai 19, ia melompat.


Baca Juga: Di Balik Pintu Polda Jatim, Khofifah Diperiksa Sebagai Saksi Dana Hibah

Duka dan Keajaiban

Biasanya, jatuh dari ketinggian seperti itu hanya berakhir satu kata: tragis. Tapi keberuntungan tampaknya berpihak pada A hari itu. Ia tak langsung menghantam tanah. Tubuhnya jatuh ke bagian atap lantai bawah—yang meskipun keras, setidaknya memperlambat dampak benturan.

“Dia selamat, tapi mengalami patah kaki. Sudah dibawa ke rumah sakit semalam. Saat dievakuasi, kondisinya sadar dan bisa diajak bicara,” ujar Mansur lagi, meredakan ketegangan publik.

Di media sosial, video kejadian ini menyulut berbagai reaksi. Banyak yang bersyukur korban masih hidup, tetapi tak sedikit pula yang menyoroti keamanan apartemen. Bagaimana mungkin ODGJ bisa naik hingga lantai tinggi tanpa terdeteksi?


Baca Juga: Puncak yang Bersih: Langkah Tegas Satpol PP Bongkar TPS Ilegal

Pertanyaan soal Keamanan

Peristiwa ini membuka pertanyaan serius tentang protokol keamanan di hunian vertikal seperti apartemen. Dalam dunia yang semakin sibuk dan urban, banyak orang memilih apartemen sebagai tempat tinggal karena dianggap aman, privat, dan tertata. Namun kejadian di Kalibata ini menjadi pengingat pahit bahwa rasa aman bisa seketika lenyap, bahkan di dalam rumah sendiri.

Belum diketahui secara pasti bagaimana ODGJ itu bisa masuk ke gedung apartemen. Polisi masih menyelidiki insiden ini lebih jauh. Beberapa penghuni menyebut ada celah keamanan di area lobi dan akses lift yang tidak terkunci dengan baik.


Luka Fisik dan Luka Psikis

Meski fisiknya luka, A kini berada dalam kondisi stabil. Tapi luka psikis akibat trauma mungkin jauh lebih sulit disembuhkan. Ketakutan mendadak, sensasi jatuh bebas dari lantai 19, dan kepanikan yang mendorongnya ke tindakan impulsif bisa membekas dalam waktu lama.

Pakar psikologi klinis menyebut trauma akibat peristiwa ekstrem seperti ini bisa berkembang menjadi gangguan stres pasca-trauma (PTSD) jika tidak ditangani dengan baik. Pendampingan psikologis sangat disarankan, tak hanya bagi korban, tetapi juga keluarga atau penghuni lain yang menyaksikan langsung kejadian tersebut.


Baca Juga: Katulampa Siaga 3! Hujan Deras di Puncak Bogor Picu Kenaikan Debit Sungai Ciliwung

Refleksi: Antara Respons dan Kesiapan

Peristiwa ini seharusnya menjadi refleksi. Bukan hanya tentang satu orang yang melompat karena panik, tetapi juga tentang bagaimana sistem kita merespons situasi tidak biasa—baik dari sisi keamanan bangunan, perlindungan warga, hingga penanganan ODGJ di ruang publik.

Di balik kejadian mengerikan itu, ada satu keajaiban: hidup yang selamat dari maut. Tapi keajaiban tak bisa terus diandalkan. Sistem harus dibangun agar tragedi serupa tak terulang.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Nurhadi.

Sumber: Beragam Sumber

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Peluang Emas Indonesia MasihTerbuka di SEA Games 2025

Sabtu, 20 Desember 2025 | 21:54 WIB
X