Catatanfakta.com - Film terbaru Joko Anwar, "Siksa Kubur," telah mencuri perhatian dengan pendekatan psikologisnya yang mengganggu.
Film Siksa Kubur ini tidak sekadar untuk hiburan semata, tetapi sebuah pengalaman yang mendalam bagi penonton yang berani menghadapinya.
Dalam ulasannya, kami menyoroti betapa film Siksa Kubur ini mencoba menggoyahkan kenyamanan penonton sejak awal dengan penggunaan gaya psikologis yang kikuk dan ganjil.
Baca Juga: MUI Minta Film 'Kiblat' Dilarang Tayang di Bioskop, Sindir Pemanfaatan Agama Demi Kepentingan Bisnis
Joko Anwar tidak hanya bermain dengan konsep horor, tetapi juga mengeksplorasi konsep keagamaan secara kompleks, menghadirkan dialog-dialog yang menantang nalar penonton.
Dibintangi oleh aktor-aktor sekelas Slamet Rahardjo dan Reza Rahadian, film ini memperlihatkan kemampuan akting teatrikal yang luar biasa.
Meskipun demikian, film tidak hanya bergantung pada peran aktor, tetapi juga pada naskah yang kompleks dan menantang.
Baca Juga: MUI Minta Film 'Kiblat' Dilarang Tayang di Bioskop, Sindir Pemanfaatan Agama Demi Kepentingan Bisnis
Salah satu poin penting adalah bagaimana Joko Anwar berhasil menyajikan konsep kehidupan setelah mati menurut agama Islam secara metaforis, tanpa jatuh pada eksploitasi yang tidak pantas.
Dengan gaya teror yang lebih Western namun tetap menggigit, film ini menjadi sebuah upaya untuk membawa karya Joko Anwar ke pasar internasional tanpa kehilangan substansi.
"Siksa Kubur" menawarkan pengalaman yang tak hanya menegangkan, tetapi juga membangkitkan pertanyaan-pertanyaan filosofis yang mendalam, membuatnya menjadi sebuah karya yang patut ditonton bagi penggemar horor yang mencari lebih dari sekadar hiburan.
Artikel Terkait
Padatnya Situasi di Stasiun Pasar Senen saat H+3 Lebaran
Siksa Kubur Membangkitkan Antusiasme yang Menggebu di Layar Bioskop: Lonjakan Penonton Mencapai 49% di Hari Kedua!