Catatan Fakta -- Suasana meriah menyelimuti Unit Pengelola Kawasan Perkampungan Budaya Betawi (UPK PBB) Setu Babakan pada Sabtu sore awal bulan Maret 2024. Dengan judul pertunjukan yang mengundang rasa penasaran, "Lenong Denes", para seniman Betawi siap memukau penonton dengan karya-karya terbaru mereka.
Berbeda dari pertunjukan lenong biasanya, "Lenong Denes" menonjolkan kehalusan dalam tutur bahasa, kostum, dan alur cerita. Sebuah langkah inovatif yang dihadirkan untuk menghadirkan kesan yang lebih mendalam bagi penonton.
Pemeran utama dalam pertunjukan ini, yang juga seorang seniman berkacamata, menjelaskan bahwa "Lenong Denes" mengusung kisah-kisah yang lebih formal namun tak kehilangan sentuhan humor khas Betawi. Dengan demikian, para penonton tidak hanya akan terhibur, tetapi juga tersentuh oleh keindahan dan kearifan dalam pertunjukan ini.
Meskipun demikian, kehadiran "Lenong Denes" bukan hanya tentang hiburan semata. Pertunjukan seni ini juga menjadi simbol dari upaya Pemerintah Kota Jakarta Selatan dalam melestarikan seni dan budaya Betawi. Dalam sebuah wawancara, Kepala Suku Dinas Kebudayaan Jakarta Selatan, Rusmantoro, menyatakan bahwa pertunjukan seni menjadi salah satu langkah penting dalam menjaga warisan budaya takbenda Jakarta.
Namun, dalam upaya melestarikan seni budaya ini, masih terdapat tantangan. Yahya Andi Saputra, Wakil Ketua Pengurus Lembaga Kebudayaan Betawi, menyoroti keterbatasan tempat untuk menampilkan karya seni. UPK PBB Setu Babakan, sebagai satu-satunya tempat tetap untuk pertunjukan seni Betawi, masih belum mencukupi untuk menampung semua seniman dan sanggar seni yang ada.
Dalam konteks ini, perdebatan seputar tarif retribusi yang dikenakan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga mencuat. Sementara kebijakan tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan pendapatan untuk pengelolaan dan pemulihan bangunan cagar budaya, seperti gedung kesenian dan museum, namun banyak pelaku seni yang merasa terbebani dengan biaya tersebut.
Meskipun demikian, kesadaran akan pentingnya pelestarian seni budaya Betawi tetap tinggi di kalangan pelaku