Kolaborasi ini juga menunjukkan bahwa pemerintah ingin melibatkan partisipasi masyarakat dalam menjaga transformasi digital di bidang pendidikan, riset, dan kebudayaan.
Baca Juga: Mengungkap Misteri Asal Usul Pembentukan Masyarakat: Jejak Peradaban Manusia
Pada tahun ini, kompetisi Bug Bounty diadakan di lingkungan Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) Universitas Diponegoro (Undip) di Semarang.
Acara ini juga disertai dengan seminar keamanan informasi yang membahas isu keamanan siber dalam ekonomi digital di sektor pendidikan.
Dalam seminar tersebut, mantan Menteri Riset dan Teknologi periode 2014-2019, Mohamad Nasir, menjadi narasumber.
Beliau menekankan bahwa perkembangan teknologi harus diikuti oleh perkembangan dalam bidang keamanan siber.
Internet, yang kini menjadi sumber daya penting, memiliki potensi untuk memberikan manfaat namun juga dapat disalahgunakan untuk melakukan kejahatan siber.
Nasir menjelaskan bahwa serangan siber dapat berupa ancaman terhadap individu maupun kelompok, termasuk akses ilegal ke data pribadi atau penghapusan data penting.
Baca Juga: Ekosistem Pendidikan Inovatif Mendorong Inovasi dan Mengembangkan Ide-Ide Baru
Oleh karena itu, keamanan siber merupakan hal yang tidak boleh diabaikan, terutama dalam menghadapi era digital saat ini.
Waskito Kawedar, Wakil Dekan Sumber Daya FEB Undip, menambahkan bahwa Bug Bounty Competition tidak hanya berdampak pada peserta kompetisi,
tetapi juga pada mahasiswa dan siswa yang menghadiri acara tersebut. Kompetisi ini dapat menjadi inspirasi dan motivasi untuk menjaga keamanan siber di masa depan.
Baca Juga: 2,3 Juta Tenaga Honorer Akan Diangkat Menjadi PPPK, 3 Anggota DPR RI Ini Telah Menjamin
Dalam edisi ke-2 Bug Bounty Competition ini, tema yang diangkat adalah "Action for Prevention" (Aksi untuk Pencegahan).