Jakarta, 29 Agustus 2025 – Anggota Komisi IX DPR RI, Surya Utama atau Uya Kuya, akhirnya buka suara terkait video viral sejumlah anggota dewan berjoget dalam Sidang Tahunan MPR 2025. Uya menyampaikan permintaan maaf karena aksi itu menuai kecaman publik dan dianggap tidak menghormati situasi bangsa.
Alasan Joget: Mengapresiasi Pemusik
Dalam sebuah video di akun Instagram pribadinya, Uya menjelaskan bahwa aksi joget tersebut tidak memiliki maksud lain selain mengapresiasi kelompok musik yang tampil usai Pidato Kenegaraan Presiden Prabowo Subianto.
Baca Juga: Massa Geruduk DPR! Teriakkan Nama Uya Kuya, Eko Patrio, dan Ahmad Sahroni: Mana Janji Puan?
“Saya tidak ada maksud sama sekali untuk menyakiti siapa pun. Itu [joget] murni hanya untuk mengapresiasi pemain musik yang tampil saat itu,” ujar Uya, Kamis (28/8).
Kala itu, kelompok musik yang tampil membawakan lagu daerah Gemu Fa Mi Re (Maumere). Spontan, hampir seluruh anggota dewan ikut bergoyang.
Uya Kuya: “Kalau Menyakitkan, Saya Minta Maaf”
Namun beberapa hari kemudian, potongan video itu beredar luas di media sosial dan menuai kritik tajam. Publik menilai aksi joget para wakil rakyat menyakiti hati masyarakat, terutama di tengah isu kenaikan tunjangan dan keresahan sosial.
“Kalau joget-joget tersebut dianggap menyakiti, saya pribadi minta maaf,” tegas Uya.
Eks personel grup musik Tofu ini juga menegaskan dirinya siap menerima kritik dan hujatan. Meski begitu, ia berharap tidak ada lagi narasi palsu yang memperkeruh suasana.
“Setiap manusia pasti melakukan kesalahan. Saya berharap kita saling menghargai satu sama lain,” tambahnya.
Video Joget DPR Jadi Sorotan Publik
Aksi joget sejumlah anggota DPR dalam Sidang Tahunan MPR pada 15 Agustus 2025 lalu memang menuai polemik. Banyak pihak menilai aksi itu tidak pantas, terlebih saat rakyat tengah menghadapi berbagai masalah sosial-ekonomi.
Kemarahan publik juga terlihat dalam aksi demo besar di depan DPR RI. Massa bahkan meneriakkan nama Uya Kuya, Ahmad Sahroni, dan Eko Patrio, sambil menagih janji Ketua DPR RI Puan Maharani yang dianggap hanya “janji palsu”.