Baca Juga: BKT, Oase Tenang dan Hemat untuk Liburan Keluarga di Jakarta Timur
Menyatukan Tradisi dan Relevansi Politik
PPP yang dikenal sebagai partai berbasis Islam tradisional kini dihadapkan pada tantangan untuk tetap relevan di tengah perubahan lanskap politik. Rommy menyebut, figur ketua umum mendatang harus mampu menyatukan nilai-nilai tradisional partai dengan strategi modern yang bisa merangkul pemilih muda dan milenial.
“Kita perlu pemimpin yang bisa menjembatani generasi tua dan muda, punya visi, integritas, serta daya tarik elektoral,” tegas Rommy.
Beberapa kader mendorong agar figur ketua umum bukan hanya populer, tetapi juga memahami akar ideologis PPP dan punya rekam jejak membumi di basis massa Nahdlatul Ulama (NU), pesantren, serta komunitas keagamaan lainnya.
Baca Juga: PRJ 2025 Resmi Dibuka: Lebih Singkat, Tapi Targetkan 6 Juta Pengunjung!
PPP dan Tantangan Pemilu 2029
Dalam Pemilu 2024 lalu, PPP nyaris tidak lolos ke Senayan dan baru diselamatkan oleh suara diaspora dan revisi hasil penghitungan ulang di beberapa wilayah. Hal ini memicu keprihatinan banyak kalangan bahwa PPP membutuhkan reformasi kepemimpinan secara total agar tidak kembali terpuruk.
Munculnya tokoh seperti Sandiaga Uno dan Gus Yasin dianggap sebagai angin segar yang bisa membawa PPP keluar dari stagnasi politik. Sementara tokoh-tokoh eksternal seperti Amran dan Dudung bisa menjadi strategi “kejutan” untuk menjangkau segmen pemilih non-tradisional.
Kini, semua mata tertuju ke Muktamar Bali, di mana penentuan pemimpin baru akan menjadi titik awal transformasi PPP menuju babak baru.