Lahore, Pakistan – AQI 159
Medan, Indonesia – AQI 144
Batam, Indonesia – AQI 141
Cukup mencengangkan, tiga dari lima kota teratas berada di Indonesia. Ini bukan cuma alarm, tapi sirene besar soal krisis kualitas udara nasional.
Lalu, Harus Apa?
Pemerintah DKI Jakarta melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) menyatakan akan memperkuat pemantauan kualitas udara. Kepala DLH, Asep Kuswanto, menyebut bahwa Jakarta kini telah memiliki 111 Stasiun Pemantau Kualitas Udara (SPKU), meningkat dari hanya 5 unit beberapa tahun lalu.
“Kita belajar dari kota-kota besar dunia. Bangkok punya 1.000 SPKU, Paris 400 SPKU. Kita terus tambah agar bisa intervensi cepat dan akurat,” ujar Asep.
Namun, selain memantau, masyarakat tentu berharap ada langkah konkret—mulai dari pembatasan emisi kendaraan, pengendalian industri, hingga peningkatan ruang terbuka hijau.
Sementara itu, masyarakat diminta untuk mengurangi aktivitas luar ruangan, terutama pagi hingga siang hari saat konsentrasi PM2.5 biasanya tinggi. Gunakan masker KN95 atau N95, hindari olahraga berat di luar ruangan, dan jaga ventilasi rumah tetap bersih.
Baca Juga: Baim Wong Menang Hak Asuh Anak, Paula Verhoeven Angkat Bicara dengan Hati-Hati
Suara dari Warga
Bagi sebagian warga, kabar ini terasa seperti kenyataan pahit yang selama ini sudah dirasakan, namun baru sekarang terbukti lewat data.
“Nggak kaget sih, tiap pagi lihat langit kelabu, anak saya jadi sering batuk. Tapi ya tetap sedih dengarnya,” ujar Rina (35), warga Jakarta Barat, saat ditemui Kompas.com.
Sementara itu, pengguna media sosial ramai mengunggah foto pemandangan kabur dari balkon apartemen mereka, disertai tagar seperti #SaveJakartaAir dan #UdaraBersihHakKami.
Langit Kelabu, Harapan Tetap Ada
Kualitas udara Jakarta pagi ini menjadi pengingat bahwa pembangunan dan pertumbuhan ekonomi tidak boleh mengabaikan kesehatan lingkungan. Langit kelabu bisa jadi tak terlihat dari balik jendela gedung bertingkat, tapi pengaruhnya nyata—di paru-paru anak-anak, di kualitas hidup lansia, dan di ketahanan tubuh kita semua.
Baca Juga: Dicecar Jaksa soal Harun Masiku, Hasto Klaim Tak Dekat dan Singgung Nama Senior PDIP
Selama belum ada perubahan drastis, langkah paling bijak adalah melindungi diri sendiri dan keluarga, sambil terus mendorong pihak berwenang untuk mengambil tindakan nyata.
Karena pada akhirnya, udara bersih adalah hak setiap warga negara, bukan kemewahan.