Catatanfakta.com -, Jakarta — Institut Pertanian Bogor (IPB University) akhirnya angkat bicara soal polemik transformasi Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta) menjadi Sekolah Teknik, yang menuai kritik dari berbagai kalangan, termasuk alumni dan mantan rektor.
Dalam keterangan resminya yang dirilis Rabu (11/6), IPB menyatakan bahwa perubahan ini merupakan bagian dari langkah strategis dan visioner dalam menjawab tantangan global di bidang ketahanan pangan, bioenergi, lingkungan, hingga industri agromaritim berbasis teknologi.
“Sejak lama, IPB University telah mengembangkan pendekatan interdisiplin antara ilmu pertanian dan keteknikan sebagai salah satu kekuatan utama,” kata Agus Purwito, Sekretaris Institut IPB University.
ransformasi ini disebut-sebut bukan menghapus Fateta, melainkan mengalihkan pengelolaan program studi dari Fateta ke sekolah teknik yang baru dibentuk. Dengan demikian, identitas keilmuan dan program studi berbasis rekayasa yang telah lama berkembang di bawah Fateta tetap dipertahankan dan bahkan diperkuat melalui pendekatan multidisipliner.
Baca Juga: Sah! Al Ghazali dan Alyssa Daguise Resmi Menikah, Akad Penuh Haru Digelar di Jakarta
Fokus pada Sinergi dan Daya Saing
Menurut IPB, perubahan ini bertujuan untuk mempercepat sinergi antarprogram studi, memperluas jejaring profesional, serta meningkatkan daya saing lulusan, terutama dalam bidang keteknikan pertanian dan agromaritim.
Dalam keterangan resminya, IPB menjelaskan bahwa Senat Akademik telah menyetujui pendirian Sekolah Teknik, yang juga mencakup pembentukan dua program studi baru, yaitu Teknik Mesin dan Teknik Kimia. Keputusan ini ditegaskan dalam Surat Keputusan Rektor IPB No. 444 Tahun 2024, yang ditetapkan pada 27 Desember 2024.
“Transformasi ini tidak sekadar soal administratif, tetapi juga merupakan penyelarasan visi IPB dalam mencetak lulusan unggul yang adaptif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,” lanjut Agus.
Meskipun pengelolaan berpindah, IPB memastikan bahwa Fateta tetap menjalankan fungsi akademik dan nonakademik seperti biasa selama masa transisi. Kajian kelembagaan yang komprehensif dan inklusif juga akan terus dilakukan demi menjaga keberlangsungan nilai dan kontribusi Fateta terhadap IPB secara keseluruhan.
Baca Juga: Final Destination: Bloodlines – Horor Nostalgia Bernuansa Keluarga yang Mengejutkan
Kritik Alumni dan Respons IPB
Perubahan status Fateta menjadi sekolah teknik tidak serta-merta disambut dengan antusias oleh semua pihak. Sejumlah alumni dan tokoh akademisi, termasuk mantan rektor IPB, menyampaikan kritik dan kekhawatiran atas kebijakan ini.
Mereka menilai bahwa Fateta memiliki sejarah dan peran penting dalam pengembangan ilmu teknologi pertanian yang berbasis pada karakteristik keindonesiaan, dan khawatir identitas tersebut akan terkikis bila dilebur begitu saja dalam struktur baru.
Menanggapi hal tersebut, IPB University menegaskan bahwa pihaknya membuka ruang dialog yang luas dan konstruktif, khususnya kepada para alumni, dosen, serta pemangku kepentingan lainnya.
“Kami menghargai semua masukan dari alumni dan pemangku kepentingan. IPB ingin memastikan bahwa transformasi ini berjalan secara bertanggung jawab, berkelanjutan, dan tetap selaras dengan nilai-nilai IPB University,” tulis IPB dalam laman resminya.
Baca Juga: Junsam Wakil Ketua DPRD Bogor Puji Helaran Budaya HJB ke-543: Wujud Nyata Pelestarian Budaya Nusantara
Inovasi dalam Dunia Rekayasa Agromaritim
IPB menyatakan bahwa Sekolah Teknik yang baru dibentuk akan fokus pada rekayasa agromaritim, yang merupakan turunan dari kekuatan utama IPB di bidang pertanian, kelautan, dan bioindustri.
Pendekatan ini diharapkan dapat menghasilkan penelitian dan inovasi teknologi yang mampu memberikan solusi nyata terhadap isu-isu global seperti perubahan iklim, degradasi lingkungan, krisis pangan, dan kebutuhan energi berkelanjutan.
Selain itu, penguatan aspek teknik dalam dunia pertanian dinilai sangat penting mengingat semakin majunya otomatisasi, kecerdasan buatan (AI), dan teknologi digital dalam proses produksi dan pengolahan hasil pertanian.