Catatanfakta.com -, Jakarta – Situasi di Amerika Serikat (AS) kian memanas setelah aksi protes terhadap kebijakan imigrasi pemerintah berujung pada gelombang kerusuhan besar, terutama di Los Angeles, California. Akibat eskalasi kekacauan tersebut, pemerintah kota setempat menetapkan jam malam mulai Selasa pukul 20.00 waktu setempat hingga Rabu (11/6/2025) pukul 06.00 pagi.
Langkah ini diumumkan langsung oleh Wali Kota Los Angeles, Karen Bass, yang menyatakan bahwa tindakan ini diperlukan guna “menghentikan vandalisme dan penjarahan” yang telah terjadi selama beberapa hari berturut-turut.
“Saya telah mengumumkan keadaan darurat lokal dan mengeluarkan jam malam untuk pusat kota Los Angeles,” ujar Bass dikutip dari AFP. “Langkah ini untuk menghentikan vandalisme dan penjarahan.”
Baca Juga: FAST Kantongi Fasilitas Kredit Rp925 Miliar dari Bank Mandiri
Kota Los Angeles Jadi Medan Kerusuhan
Kerusuhan di Los Angeles dipicu oleh aksi protes terhadap operasi besar-besaran yang dilakukan oleh Imigrasi dan Penegakan Bea Cukai (ICE) dalam beberapa pekan terakhir. Penangkapan ratusan imigran oleh aparat federal memantik kemarahan publik, terutama komunitas imigran dan aktivis hak asasi manusia.
Awalnya, protes dilakukan secara damai. Namun dalam beberapa hari terakhir, aksi tersebut berubah menjadi kekerasan. Massa mulai melakukan aksi vandalisme, membakar kendaraan, merusak toko-toko, dan mencoret-coret fasilitas umum dengan grafiti.
“Senin malam, setidaknya 23 bisnis dijarah,” kata laporan polisi setempat. “Lebih dari 500 orang telah ditangkap sejak kerusuhan pecah Jumat lalu.”
Baca Juga: Jetstar Asia Tutup Permanen 31 Juli 2025: Akhiri Layanan Udara Murah di Asia Tenggara
Kondisi Los Angeles digambarkan seperti “medan perang”. Beberapa ruas jalan utama ditutup total, kendaraan terbakar di tengah kota, dan aparat keamanan berjaga di setiap sudut jalan dengan senjata lengkap.
Reaksi Pemerintah Federal: Trump Keras, Newsom Marah
Presiden AS Donald Trump langsung merespons situasi ini dengan membela kebijakan imigrasinya yang tegas. Ia menyebut aksi protes yang berujung rusuh sebagai “serangan terhadap kedaulatan nasional”.
“Apa yang Anda saksikan di California adalah serangan besar-besaran terhadap perdamaian dan ketertiban umum,” ujar Trump. “Kami tidak akan membiarkan kota-kota Amerika ditaklukkan oleh musuh asing.”
Baca Juga: Worldcoin Siap Luncur di Inggris, Saat Indonesia dan Dunia Blokir Proyek Bola Mata Sam Altman
Sebagai langkah lanjutan, Trump memerintahkan pengerahan pasukan militer ke Los Angeles. Namun tindakan ini justru memicu kecaman dari pejabat negara bagian.
Gubernur California, Gavin Newsom, menolak keputusan Trump. Ia menyebut langkah tersebut sebagai tindakan otoriter dan berbahaya.
“Ini bukan tindakan seorang presiden, tetapi seorang tiran,” tegas Newsom. “Mengirim pasukan tempur ke jalan-jalan kota melawan warga sendiri adalah pelanggaran terhadap nilai-nilai demokrasi Amerika.”
Protes Menyebar ke Kota-Kota Besar
Gelombang protes tak hanya terjadi di Los Angeles. Di New York City, ribuan demonstran turun ke jalan di kawasan Manhattan. Mereka membawa spanduk bertuliskan “ICE, keluar dari New York” dan meneriakkan slogan: “No hate, no fear, immigrants are welcome here”.