informasi

Pergerakan Tanah Terjadi Tiga Kali di Purwakarta, 48 Rumah Rusak, Warga Diminta Siaga Hadapi Potensi Bencana Susulan

Senin, 26 Mei 2025 | 13:22 WIB
Sebanyak 48 kepala keluarga (KK) warga Kampung Cigombong Kabupaten Bandung Barat (KBB) yang menjadi korban bencana pergerakan tanah (Ayobandung.com/Restu Nugraha)

Catatan fakta.com -, Bandung– Warga Desa Pasirmunjul, Kecamatan Sukatani, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, tengah dilanda kecemasan. Dalam sebulan terakhir, pergerakan tanah terjadi hingga tiga kali, merusak puluhan rumah dan memicu kekhawatiran akan bencana susulan, terutama saat musim hujan masih berlangsung.

Pergerakan tanah tercatat pertama kali terjadi pada Minggu (20/4/2025) pukul 22.00 WIB, disusul kejadian kedua pada Rabu (23/4/2025) pukul 20.00 WIB, dan terakhir pada Senin (19/5/2025) pukul 07.00 WIB. Lokasi terdampak meliputi Kampung Cigintung RT 008/006 dan Kampung Sukamulya RT 004/001.

“Gerakan tanah berupa rayapan, ditandai dengan munculnya retakan di permukaan tanah dan bangunan. Meskipun bergerak lambat, dampaknya cukup luas,” ujar Kepala Badan Geologi, M. Wafid, dalam keterangan resminya, Senin (26/5/2025).

Baca Juga: 500 Hektar Lahan Bekas Tambang Mangkrak di Muara Enim, Menteri LH Ancam Sanksi Pidana

Dampak: 48 Rumah Rusak

Dari hasil analisis sementara, peristiwa ini telah mengakibatkan:

  • 41 rumah rusak ringan

  • 5 rumah rusak sedang

  • 2 rumah rusak berat

Morfologi wilayah perbukitan dengan lereng curam, ditambah jenis tanah yang mudah jenuh air dan curah hujan tinggi, menjadi pemicu utama pergerakan tanah di kawasan ini.

“Tanah pelapukan yang tebal dan poros, serta intensitas hujan tinggi, mempercepat kejenuhan air dalam tanah, menyebabkan rayapan dan retakan,” jelas Wafid.

Zona Rawan & Potensi Bencana Lanjutan

Berdasarkan Peta Geologi Lembar Cianjur (Sudjatmiko, 1972), wilayah ini terdiri dari endapan aluvium tua dan material vulkanik seperti batupasir tufan dan konglomerat lahar yang tergolong tidak stabil. Badan Geologi mencatat, lokasi ini masuk zona potensi gerakan tanah menengah hingga tinggi, terlebih jika diguyur hujan lebat atau terjadi gangguan pada lereng.

Baca Juga: Zona I Candi Borobudur Ditutup Mendadak, Turis Kecewa 'Sudah Jauh-jauh, Cuma Bisa Lihat dari Luar'

“Jika retakan terus berkembang, muncul rembesan air baru, atau perubahan karakter mata air, warga diminta segera mengungsi dan melaporkan ke pemerintah daerah,” imbau Wafid.

Rekomendasi dan Tindakan Pencegahan

Untuk meminimalisasi risiko bencana lanjutan, Badan Geologi merekomendasikan:

  • Tidak menempati rumah rusak berat

  • Memperbaiki bangunan yang retak

Halaman:

Tags

Terkini

Peluang Emas Indonesia MasihTerbuka di SEA Games 2025

Sabtu, 20 Desember 2025 | 21:54 WIB