informasi

Harga Minyak Anjlok & Rupiah Melemah, Bos Pertamina Beberkan Deretan Tantangan Berat di 2025

Jumat, 23 Mei 2025 | 08:28 WIB
Sosok Direktur Utama PT Pertamina Persero (Instagram @jabodetabek24info)

Catatan fakta.com -, Jakarta – PT Pertamina (Persero) buka suara terkait sederet tekanan global yang kini menggerus margin dan profitabilitas perusahaan energi pelat merah tersebut. Direktur Utama Pertamina, Simon Aloysius Mantiri, mengungkapkan ada tiga tantangan utama yang dialami perusahaan sejak 2024 hingga pertengahan 2025.

Dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VI DPR RI pada Kamis (22/5/2025), Simon menyebut tantangan pertama datang dari penurunan harga minyak mentah dunia yang cukup tajam.

"Sepanjang 2024 hingga saat ini, harga minyak mentah global turun 15-20%. Dari yang sebelumnya rata-rata US$ 78 per barel, kini menjadi sekitar US$ 65 per barel per Mei 2025," ungkap Simon.

Baca Juga: Shabrina Leanor Jadi Pemenang Indonesian Idol 2025, Bawa Pulang Hadiah Rp150 Juta!

Penurunan ini dipicu oleh kondisi oversupply akibat banyaknya kilang baru, yang menyebabkan crack spread — selisih harga antara minyak mentah dan produk olahan — menyusut ke angka US$ 10 per barel. Padahal, menurut Simon, break even kilang Pertamina berada di kisaran US$ 15 per barel.

Rupiah Melemah, Transaksi Tertekan

Tantangan kedua adalah pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, yang kini menembus Rp 16.500 per dolar. Kondisi ini memberikan tekanan signifikan pada biaya transaksi internasional Pertamina, terutama dalam pembelian minyak mentah.

"Untuk meresponsnya, kami terus fokus pada peningkatan kapasitas domestik, baik di sisi produksi hulu maupun penyerapan minyak dalam negeri. Kami juga menjaga keandalan operasional di seluruh lini bisnis," tambahnya.

Baca Juga: Terdakwa Kasus Judi Online Tegaskan, Budi Arie Tak Terlibat dan Tak Terima Dana Judol

Langkah mitigasi juga dilakukan melalui diversifikasi jalur dan sumber impor, serta memperkuat koordinasi dengan pemerintah dalam skema kerja sama antarnegara (G2G) demi menjamin stabilitas pasokan energi nasional.

Restrukturisasi Kilang Jadi Prioritas

Simon menyebut tantangan ketiga adalah tekanan pada bisnis kilang (midstream) akibat menyempitnya margin produksi. Wakil Direktur Utama Pertamina, Wiko Migantoro, menyatakan bahwa kilang merupakan komponen penting dalam menjaga ketahanan energi nasional karena menyuplai 70% kebutuhan BBM domestik.

"Oleh karena itu, kami sedang menginisiasi restrukturisasi bisnis kilang agar tetap bisa beroperasi optimal meskipun margin menipis," jelas Wiko.

Dorong Energi Terbarukan dan Kerja Sama Global

Halaman:

Tags

Terkini

Peluang Emas Indonesia MasihTerbuka di SEA Games 2025

Sabtu, 20 Desember 2025 | 21:54 WIB