catatanfakta.com - Di tengah riuh rendah harapan yang bertahan di Jasinga, satu babak baru dalam perjalanan budaya Sunda ditulis tanpa beban APBD. Bupati Bogor Rudy Susmanto berdiri di hadapan replika Pendopo Kawedanan yang mulai terwujud, menandai kembalinya identitas yang sempat tergerus zaman.
"Alhamdulillah hari ini kita bisa bersilaturahmi dan menyaksikan langsung pembangunan replika pendopo yang telah dinanti masyarakat Jasinga. Ini bukan hanya soal bangunan, tapi tentang menghidupkan kembali semangat dan identitas budaya Sunda di Kawedanaan Jasinga," ujar Rudy, suaranya menggema di antara kerumunan warga yang hadir penuh antusias.
Bukan sekadar proyek, pendopo ini adalah jiwa yang bangkit. Uniknya, semua ini berdiri tanpa sepeserpun menguras anggaran daerah. Sumber dana berasal murni dari hati para tokoh masyarakat yang tergerak. "Ini adalah bentuk cinta masyarakat terhadap warisan budaya Jasinga. Saya ucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada para dermawan," imbuh Rudy, matanya berkaca-kaca.
Tanpa plang proyek, tanpa laporan kas yang rumit, hanya kepercayaan dan semangat kolektif yang berbicara. Dalam satu minggu, replika pendopo ini dijadwalkan rampung. Namun ini baru awal. Menyusul pembangunan galeri budaya, musala, toilet umum, dan perlengkapan gamelan tradisional, yang akan menyemarakkan denyut seni di kawasan tersebut.
"Perjalanan kita masih panjang. Mari kita bangun Kabupaten Bogor yang lebih aman, adil, maju, dan makmur," seru Rudy, suaranya menggetarkan barisan masyarakat yang berkumpul.
Tak berhenti di situ, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor, Yudi Santosa, menegaskan kawasan ini akan berkembang di atas lahan seluas 12.000 meter persegi. Dari luas itu, 1.300 meter persegi kini telah dipagari dan siap menjadi pusat geliat budaya.
Baca Juga: Seruan Serentak Tangkal DBD, Pemkab Bogor Hidupkan Lagi Gerakan Jumat Bersih
"Rencana besar kita membawa pusaka-pusaka Jasinga ke Cibinong. Ini langkah awal memperkenalkan kembali warisan luhur kita kepada khalayak luas," jelas Yudi.
Kawasan ini nantinya akan dikelola bersama para budayawan, pemuda, KNPI, Karang Taruna, dan paguyuban. Di sini, budaya bukan lagi milik pemerintah, melainkan milik rakyat, lahir dari gotong royong, tumbuh dalam kebanggaan.