catatanfakta.com - Mi instan yang menjadi kebanggaan Indonesia, Indomie, kembali menjadi sorotan internasional. Kali ini, seorang ilmuwan dari Irak menyelidiki kandungan zat radioaktif dalam produk ini menggunakan spektrometer sinar gamma.
Penelitian ini bertujuan untuk memastikan keamanan pangan di tengah meningkatnya kekhawatiran publik tentang kontaminasi lingkungan yang dapat memengaruhi makanan olahan.
Dalam penelitian berjudul “NORM in Instant Noodles (Indomie) Sold in Iraq,” Dr. Al-Hamidawi menguji 13 sampel mi instan dari lima merek berbeda yang dijual di supermarket Irak.
Baca Juga: Keseruan Jokowi Saat Cicipi Mie Gacoan, Pelanggan Lain Histeris!
Dari 13 sampel tersebut, lima di antaranya adalah produk Indomie, termasuk empat sampel yang diproduksi di Saudi Arabia dan satu sampel Pop Mie buatan Indonesia.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua sampel, termasuk Indomie, memiliki kandungan radionuklida yang jauh di bawah batas aman yang direkomendasikan oleh Organization for Economic Co-Operation and Development (OECD).
“Kadar radionuklida dalam sampel yang diuji berkisar antara 0,052 hingga 0,268, sehingga dinyatakan aman untuk dikonsumsi,” ujar Dr. Al-Hamidawi.
Baca Juga: Gurihnya Mie Nyemek dengan Tambahan Bakso Sapi, Resep Viral yang Bikin Lidah Bergoyang
Namun demikian, studi ini juga menunjukkan bahwa varian Indomie dengan rasa Special Chicken Flavor memiliki nilai radionuklida tertinggi dibandingkan varian lainnya. Hal ini mengingatkan kita pada pentingnya transparansi dalam pengelolaan bahan baku dan pengawasan kualitas produk.
Radionuklida pada Makanan: Seberapa Aman?
Radionuklida adalah isotop radioaktif yang dapat memancarkan radiasi dalam bentuk partikel atau gelombang elektromagnetik. Dalam dunia pangan, keberadaannya sering kali tak terhindarkan karena proses alami atau kontaminasi lingkungan.
Paparan berlebihan terhadap radionuklida, khususnya melalui konsumsi jangka panjang, dapat meningkatkan risiko kesehatan seperti gangguan fungsi tubuh hingga kanker.
Baca Juga: Menggoda Selera, Mie Nyemek Spesial yang Bikin Lidah Bergoyang
Menurut Begum (2024), radioaktif dapat terakumulasi secara perlahan dalam tubuh, khususnya jika konsumen tidak berhati-hati dengan sumber makanan mereka. Meski begitu, keberadaan radionuklida dalam kadar rendah masih dianggap wajar oleh komunitas ilmiah, selama tidak melebihi ambang batas yang ditentukan.