informasi

Pesantren Lansia MUI: Solusi Revolusioner untuk Hidup Berkualitas di Usia Senja?

Senin, 25 November 2024 | 12:34 WIB
Groundbreaking pembangunan Pesantren Lansia oleh MUI dan Rumah Zakat. (Rumah Zakat)

catatanfakta.com - Majelis Ulama Indonesia (MUI) melalui Komisi Perempuan, Remaja, dan Keluarga (KPRK) tengah menggagas sebuah inovasi yang menarik perhatian: Pesantren Lansia Birrul Walidain.

Program ini dirancang sebagai respons terhadap tantangan demografis Indonesia yang menunjukkan lonjakan signifikan populasi lansia. Menurut Ketua KPRK MUI, Siti Marifah, “Angka harapan hidup di Indonesia mencapai 71,85 tahun pada 2021, dan jumlah lansia berdasarkan data Susenas 2022 mencapai 10,48 persen dari total populasi."

Pesantren ini bertujuan untuk memberikan dukungan menyeluruh kepada lansia yang sering menghadapi berbagai persoalan, baik fisik, mental, maupun spiritual. Dengan konsep pendidikan yang dirancang khusus, Birrul Walidain diharapkan menjadi oase baru bagi lansia untuk merasakan kehidupan yang lebih berkualitas.

Baca Juga: Alumni PKU MUI Kabupaten Bogor Wilayah Tengah Adakan Silaturahmi di Pesantren Al Mujtahidin.

Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kementerian Agama, Basnang Said, menekankan pentingnya aspek legalitas dan fasilitas dalam realisasi program ini.

“Keabsahan menjadi kunci dalam pelaksanaan program pesantren lansia. Selain itu, sarana dan prasarana seperti tempat tinggal dan tempat ibadah yang representatif harus diprioritaskan,” ujar Basnang dalam sebuah rapat pada Agustus 2024.

Program ini juga menawarkan kurikulum komprehensif, mengombinasikan pendidikan formal dan nonformal. Pendidikan formal mencakup penguatan ilmu agama melalui metode diniyah atau mahad ali, sementara pendidikan nonformal berfokus pada pendekatan spiritual dan ilmu yang mendekatkan lansia kepada Tuhan.

Baca Juga: 2,844 Pesantren Siap Bersaing Raih Beasiswa Degree 2024

Ketua Bidang PRK MUI, Prof. Amany Lubis, menyebutkan bahwa semua aspek, mulai dari kebutuhan fisik hingga sosial, akan menjadi perhatian utama dalam pesantren ini.

Pentingnya pendekatan spiritual dalam kehidupan lansia didukung oleh berbagai penelitian. Studi Indrawati (2019) mengungkapkan bahwa lansia sering menghadapi kecemasan tentang kematian, yang menjadi penyebab utama depresi.

Namun, penelitian lain seperti Faradila et al. (2023) menunjukkan bahwa 86,2% lansia yang aktif dalam kegiatan spiritual memiliki tingkat kesejahteraan yang tinggi. Data ini menegaskan pentingnya program seperti Birrul Walidain untuk mengatasi tantangan psikologis yang dialami lansia.

Baca Juga: Majelis Masyayikh dan Kemenag Sinergi Amankan Kualitas Pendidikan Pesantren

Dengan proyeksi BPS yang memperkirakan populasi lansia mencapai 19,9% pada 2045, program seperti Pesantren Lansia menjadi sangat relevan. Selain sebagai inovasi sosial, pesantren ini juga berpotensi menjadi model bagi pengelolaan lansia di masa depan.

Apakah ini akan menjadi jawaban atas tantangan demografi? Waktu yang akan menjawab, namun inisiatif ini jelas menjadi langkah awal yang penuh harapan.

Tags

Terkini

Peluang Emas Indonesia MasihTerbuka di SEA Games 2025

Sabtu, 20 Desember 2025 | 21:54 WIB