Catatanfakta.com - Rafah, sebuah kota terpinggirkan paling selatan di Jalur Gaza, kini menjadi sorotan dunia karena aksi penyerangan yang terus-menerus dilakukan oleh Israel.
Sebelum 7 Oktober 2023, Rafah sudah mengalami kelebihan penduduk, keadaan kemiskinan, dan kualitas hidup yang buruk akibat blokade Israel selama 17 tahun terakhir.
Namun, setelah terjadinya aksi pengusiran warga Palestina dari Gaza utara dan tengah oleh Israel, populasi Rafah meningkat lima kali lipat dalam beberapa bulan saja dan mencapai sekitar 1,5 juta jiwa.
Baca Juga: Calvin Verdonk: Calon Naturalisasi yang Diincar Timnas Indonesia
Orang-orang di Rafah kini tinggal di tenda darurat yang sempit yang dihuni oleh para pengungsi Palestina yang telah merasakan pengungsian di dalam hidupnya.
Kota ini pernah menjadi tempat peristirahatan bagi para pedagang keliling pada abad-abad awal pemerintahan Islam dan pada 635, pasukan Kekhalifahan Rashidun merebut kota ini dari Bizantium.
Seiring berjalannya waktu, Rafah yang pernah dihuni oleh beberapa penguasa dan dinasti Muslim, akhirnya jatuh ke tangan Ottoman dan pada tahun 1906, menjadi kota yang terbagi menjadi dua bagian oleh garis yang ditarik antara Mesir yang saat itu dikuasai Inggris dan Palestina yang dikuasi Ottoman.
Baca Juga: Berikut Kumpulan Buah Anti-Pikun yang Dapat Meningkatkan Daya Ingat
Selama konflik Arab-Israel, Rafah menjadi salah satu kota yang terdampak. Setelah Nakba tahun 1948, kamp pengungsian Rafah didirikan untuk menampung para pengungsi Palestina yang terusir oleh milisi Zionis yang membentuk negara Israel. Hingga saat ini, terdapat 133.326 pengungsi yang terdaftar secara resmi di kamp tersebut oleh Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA).
Perang Timur Tengah tahun 1967 semakin memperburuk kondisi di Rafah. Israel berhasil menduduki Jalur Gaza dan Rafah menjadi salah satu daerah yang terkena dampak dari kebijakan pendudukan wilayah Palestina oleh Israel. Sepanjang waktu, Rafah dan penduduknya terus mengalami krisis ekonomi, penderitaan, dan kekerasan dari kebijakan pendudukan Israel.
Sekarang, Rafah menjadi fokus perhatian dunia karena kekerasan yang berlangsung tanpa henti di daerah tersebut. Orang-orang di Rafah yang secara historis memiliki sejarah yang panjang, kehilangan harapan pada masa depan yang damai dan lebih baik.
Baca Juga: Turis AS Terkesan dengan KRL Jakarta, Bandingkan dengan Kereta di New York
Menurut laporan World Health Organization, kesulitan ekonomi, ketidakpastian politik, dan akses terhadap layanan kesehatan yang buruk telah meningkatkan risiko kesehatan masyarakat di Gaza, termasuk di Rafah.
Oleh karena itu, diperlukan kerja sama internasional untuk mengatasi krisis kemanusiaan yang sedang terjadi di Rafah dan di wilayah Palestina secara keseluruhan.