Catatanfakta.com - Baru-baru ini, pernyataan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto yang mengibaratkan Gibran Rakabuming Raka dengan sopir truk yang mengalami kecelakaan di gerbang tol Halim menimbulkan kontroversi dan menuai kritikan dari banyak pihak.
Waketum Gerindra, Habiburokhman, mengatakan bahwa pernyataan itu sangat arogan dan penuh kebencian hanya karena calon yang didukung tidak menang.
Habiburokhman bahkan memberi nilai tinggi untuk kadar kewarganegaraan Hasto, yaitu 11 dari 100, alias rendah sekali.
Baca Juga: Jakarta Dilanda Banjir Lagi: Dampaknya pada Lingkungan dan Kesehatan
Dia juga menegaskan bahwa dengan menyamakan Gibran dengan sopir truk tersebut, sama dengan menghina kecerdasan pendukung pasangan Prabowo-Gibran.
Politik dipenuhi oleh persaingan dan kontestasi yang sengit, tetapi dalam perjalanan, tidak jarang terjadi pergesekan, ketidakpuasan, bahkan sampai kebencian.
Padahal, sebenarnya politik itu sendiri merupakan sebuah proses demokratis yang mesti dilakukan dengan penuh kepercayaan dan toleransi terhadap satu sama lain.
Baca Juga: 10 Ide Kado Lebaran yang Viral: Kreatif, Bermakna, dan Berguna!
Di dalam konteks kekeruhan politik, klaim-klaim yang diutarakan di media sosial atau media massa pun kerap menjadi sumber kegelisahan dan kecemasan.
Dalam kondisi seperti ini, menjadi kewajiban semua pihak untuk memberikan informasi yang tepat dan tak mengada-ada.
Dalam beberapa contoh, kebangkitan kembali primordialisme politik dengan semangat kebangsaan tak pernah terelakkan.
Baca Juga: 5 Ritual Khas Meriah dalam Perayaan Idul Fitri yang Patut Dicatat!Baca Juga: 5 Ritual Khas Meriah dalam Perayaan Idul Fitri yang Patut Dicatat!
Namun, menohok pengkritik dengan kata-kata yang tidak pantas justru akan memperparah situasi. Sikap seperti ini sama saja dengan membunuh unsur toleransi di antara kita.
Ada baiknya, sebelum kita memutuskan menggunakan kata-kata yang tajam, ada baiknya kita merenungi kata-kata Bijak yang pernah diucapkan Presiden pertama Indonesia, Soekarno, yaitu