Catatanfakta.com - Para pakar astronomi menjelaskan bahwa perbedaan dalam penentuan awal Ramadhan 2024 di Indonesia dapat disebabkan oleh perbedaan kategori kondisi hilal yang digunakan oleh lembaga-lembaga keagamaan.
Menurut kalender Muhammadiyah, awal Ramadhan 2024/1445 Hijriah di Indonesia dijadwalkan dimulai pada tanggal 11 Maret. Sementara itu, Pemerintah dan Nahdlatul Ulama (NU) memprediksi awal Ramadhan baru akan terjadi pada tanggal 12 Maret.
Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas dalam surat edarannya mengimbau umat Islam untuk menjaga toleransi mengenai potensi perbedaan awal 1 Ramadhan 1445 H.
Profesor Riset Astronomi-Astrofisika di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Thomas Djamaluddin menjelaskan bahwa perbedaan penentuan awal Ramadhan, Idulfitri, dan Iduladha disebabkan oleh ketidaksepakatan terkait kriteria awal bulan hijriah.
Beliau menegaskan perlunya dialog untuk mencari titik temu di tingkat nasional, regional, dan global.
Penentuan awal bulan hijriah melibatkan munculnya bulan sabit tipis atau hilal.
Baca Juga: Maaf! Banyak Pendaftar Prakerja Tak Lolos, 11,4 Juta Diterima
Pemerintah dan ormas keagamaan seperti PBNU menganut kriteria berdasarkan kesepakatan Menteri-menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS).
MABIMS mensyaratkan tinggi hilal minimal 3 derajat dan elongasi atau sudut Bulan-Matahari minimal 6,4 derajat.
Dengan kriteria minimal MABIMS tersebut, BMKG memperkirakan hilal pada 10 Maret tidak memenuhi syarat awal Ramadhan.
Baca Juga: Maaf! Banyak Pendaftar Prakerja Tak Lolos, 11,4 Juta Diterima
Kriteria MABIMS diperkirakan baru terpenuhi pada magrib 11 Maret, sehingga puasa baru dapat dilakukan keesokan harinya.
Sementara itu, Muhammadiyah menggunakan metode Hisab Hakiki Wujudul Hilal untuk menetapkan awal bulan baru Kalender Hijriah.
Mereka tidak mengikuti kriteria MABIMS dan menetapkan awal Ramadhan 2024 pada 11 Maret berdasarkan posisi geometris Matahari, Bumi, dan Bulan.