Catatanfakta.com - Dalam era yang semakin terpaku pada teknologi digital, ada pergerakan unik yang sedang terjadi di sejumlah negara maju.
Mereka memilih untuk mengikuti arus yang berlawanan dengan tren global, yaitu dengan kembali ke akar tradisional: buku cetak dan menulis tangan.
Meskipun tampak seperti langkah mundur, alasan di balik keputusan ini memiliki bobot yang kuat.
Baca Juga: Isu-isu Pendidikan 2023: Melampaui Tantangan Tradisional Menuju Kolaborasi Baru
Di era di mana buku digital dan perangkat elektronik menggantikan peran buku cetak, beberapa negara maju mengambil tindakan tegas.
Mereka tidak lagi mengandalkan metode pembelajaran serba digital yang melibatkan penggunaan e-book dan tugas yang harus diketik.
Sebaliknya, mereka percaya bahwa pendidikan tradisional memiliki manfaat yang tak tergantikan bagi perkembangan siswa.
Baca Juga: Evaluasi Pendidikan Berbasis Komputer: ANBK dan Manfaatnya bagi Siswa dan Guru
Swedia, salah satu negara dengan tingkat literasi tertinggi di dunia, adalah salah satu yang memimpin perubahan ini.
Meskipun tetap mempertahankan peringkat literasi global yang tinggi, Swedia mendeteksi tren penurunan yang merugikan selama beberapa tahun terakhir.
Kementerian Pendidikan Swedia melihat bahwa pengenalan teknologi digital pada usia dini menyebabkan penurunan keterampilan dasar anak-anak.
Baca Juga: Keamanan dan Keterampilan Digital Jadi Sorotan: Indonesia di Forum G20
Oleh karena itu, guru-guru di Swedia mulai menggalakkan penggunaan buku cetak, menulis tangan, dan membatasi penggunaan perangkat elektronik di sekolah.
Mereka berpendapat bahwa penggunaan perangkat elektronik sejak usia dini menghambat kreativitas dan perkembangan motorik anak-anak.