Catatanfakta.com - Michael Jackson, sang King of Pop, tetap mencuri perhatian sebagai musisi fenomenal, namun eksploitasi terus mengikuti jejaknya bahkan setelah kematian.
Dalam sebuah perjalanan melalui masa-masa keemasannya, Michael Jackson tidak hanya mempopulerkan moonwalk dance, tetapi juga menciptakan karya-karya monumental seperti Billy Jean.
Pengaruh Michael Jackson tidak hanya terbatas pada musik, melainkan telah menciptakan gelombang bagi generasi berikutnya.
Baca Juga: Luna Maya Ngaku Tak Malu Perlihatkan Wajah Tanpa Make Up di Sosial Media
Dari Justin Bieber hingga Madonna, banyak artis yang terinspirasi oleh keunikan dan showmanship-nya.
Namun, pertanyaannya muncul: Apakah eksploitasi terhadap warisan Michael Jackson telah mencapai batasnya?
Setelah kematian tragis pada 2009, industri hiburan tampaknya melihat kerinduan para penggemar sebagai peluang bisnis.
Baca Juga: Kiki Fatmala Meninggal di Hari Kelahirannya, Ozy Syahputra Mengungkap Isi Hati
Cirque du Soleil dan film THIS IS IT menjadi puncak keuntungan, sementara tiga album posthumous memperpanjang jejak musiknya.
Namun, di balik keberhasilan tersebut, ada pertanyaan etis. Album-album ini muncul tanpa keterlibatan langsung Michael, yang terakhir kali merilis album pada tahun 2001.
Apakah eksploitasi ini merupakan bentuk penghormatan atau sekadar upaya mendulang keuntungan?
Baca Juga: Drama Kontroversi MasterChef: Chef Arnold Dituduh Sebarkan Hoaks, Kiki Buka Suara!
Perdebatan semakin rumit ketika melibatkan isu-isu pribadi dan kontroversi yang melingkupi hidupnya.
Dari penampilan fisik yang unik hingga tuduhan pelecehan seksual, citra Michael Jackson telah terkoyak oleh berbagai kontroversi.