Catatan Fakta - Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menawarkan solusi baru untuk persoalan terkait minyak goreng, yaitu melalui pengembangan minyak makan merah. Hal ini disampaikan oleh MenKopUKM saat peresmian pabrik CPO.
Pabrik CPO ini menjadi tonggak penting bagi koperasi petani sawit, karena akan mengolah dan menghasilkan minyak makan merah.
Dengan adanya minyak makan merah, petani sawit di daerah tersebut akan mendapatkan pendapatan lebih tinggi dan peluang usaha yang lebih luas.
Baca Juga: Jokowi Tegaskan: Daftar Harga Harus Terus Dipantau, Kepala Daerah Wajib Mengunjungi Pasar!
Dengan demikian, minyak makan merah dapat menjadi fondasi dan tonggak kebangkitan petani sawit di tanah air.
Dengan adanya minyak makan merah, petani sawit akan memiliki akses ke pasar yang lebih luas, kesempatan untuk meningkatkan pendapatan, peluang usaha yang lebih beragam, dan akses kembali ke sumber daya alam yang lebih baik yang membawa dampak positif masyarakat setempat.
Teten mengungkapkan bahwa Presiden Jokowi telah menyuruhnya untuk meningkatkan taraf hidup para petani sawit di Indonesia. Jokowi juga berharap agar para petani sawit yang memiliki 41,42 persen lahan sawit di Indonesia tidak lagi menjual Tandan Buah Segar (TBS) kepada industri.
Baca Juga: Erick Thohir jelaskan penyesuaian harga BBM di Tahun 2023
"Presiden ingin kesejahteraan petani sawit meningkat. Oleh karena itu pengembangunan pabrik minyak merah khusus untuk koperasi petani sawit, bukan untuk korporasi besar, hal tersebut menjadi bukti keberpihakan pemerintah terhadap petani sawit," tambah Teten.
Lebih jauh, Teten menjelaskan dengan harga yang bersaing berkisar Rp 9.000 per liter masyarakat dapat mengakses minyak yang sehat dan murah.
"Minyak makan merah memiliki khasiat yang baik untuk tubuh, bahkan dapat mencegah stunting dengan memiliki vitamin A dan E," Sambun Teten.
Baca Juga: Setelah Dari Bursa Efek Indonesia Presiden Jokowi Keliling Pasar Tanah Abang
Sementara, Samsul Bahri, Ketua dari Koperasi Sawit Makmur, menyatakan bahwa hingga saat ini mereka telah mengurus lahan perkebunan sawit seluas 11.750 hektar yang memiliki anggota yang merupakan petani sawit mandiri yang tersebar di 8 kecamatan dan 32 desa.
"Koperasi kami masih menjadi satu-satunya koperasi di Indonesia yang memiliki kebun dan pabrik yang sangat besar. Kami juga sudah menerima dan mengolah TBS sampai 150.000-200.000 ton per hari dan berkontribusi sebesar Rp 47 miliar per tahun kepada negara," ungkap Samsul Bahri.