Catatanfakta.com - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menegaskan bahwa Indonesia tidak melakukan impor bahan bakar minyak (BBM) atau gas dari Iran.
Pernyataan ini disampaikan oleh Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM, Tutuka Ariadji, sebagai respons terhadap kekhawatiran akan konflik Iran-Israel.
Dalam sebuah diskusi yang diadakan oleh Perkumpulan Alumni Eisenhower Fellowships Indonesia pada Senin (15/4), Tutuka menjelaskan bahwa meskipun Indonesia memiliki kerja sama dengan Iran, namun dalam praktiknya impor tersebut tidak dilakukan.
Baca Juga: Daftar 144 Penyakit yang Pengobatannya Ditanggung BPJS Kesehatan
Pertamina, sebagai badan usaha milik negara yang bertanggung jawab atas impor BBM, mayoritas mendapatkan pasokan dari Singapura sebanyak 56 persen, diikuti oleh Malaysia.
Sedangkan untuk Liquid Petroleum Gas (LPG), mayoritas impor berasal dari Amerika Serikat, disusul oleh Uni Emirat Arab dan Qatar. Sementara itu, impor minyak mentah didominasi oleh pasokan dari Arab Saudi dan Nigeria.
Terkait potensi eskalasi konflik di Timur Tengah, terutama antara Iran dan Israel, Tutuka menyatakan bahwa harga minyak dapat mencapai US$100 per barel.
Baca Juga: Menetralisir Tubuh dari Makanan Bersantan saat Lebaran: 7 Tips Efektif
Hal ini sejalan dengan peningkatan harga minyak sebesar US$5 per bulan sejak Februari.
Dengan mengantisipasi risiko konflik, Pertamina telah melakukan identifikasi sumber-sumber impor dan strategi pengalihan pasokan jika terjadi gangguan pasokan dari negara-negara produsen utama seperti Arab Saudi.
Pernyataan Tutuka menegaskan bahwa Indonesia berusaha untuk memastikan ketahanan energi negara dan mengurangi dampak negatif dari gejolak politik di kawasan Timur Tengah terhadap pasokan energi domestik.