Catatanfakta.com - Keunikan anggur Shine Muscat dari Jepang yang dikenal dengan rasa supermanis dan daging buah yang renyah namun berair menjadi sorotan di tengah tantangan yang dihadapi oleh para petani dan pejabat Jepang.
Yuki Nakamura, seorang petani anggur sukses asal Jepang, berhasil meraup keuntungan dengan menanam varietas anggur berair ini, yang membutuhkan waktu 33 tahun untuk dikembangkan oleh para ilmuwan.
Anggur Shine Muscat, berwarna hijau zamrud segar, menjadi daya tarik utama di pasar dan dijual dengan harga tinggi, mencapai US$100 per seikat di department store Tokyo.
Namun, tantangan muncul ketika para petani dan pejabat Jepang mendapati bahwa anggur Shine Muscat Jepang, yang merupakan salah satu varietas buah buatan Jepang, telah "dicuri" oleh China dan Korea Selatan.
Anggur tiruan atau anggur Muscat KW yang hampir identik dengan Shine Muscat, tetapi dengan harga yang jauh lebih murah, telah membanjiri pasaran.
Menurut pemerintah Jepang, Tiongkok dan Korea Selatan mengambil bibit Shine Muscat dari Jepang dan mencangkoknya ke tanaman merambat lokal untuk menghasilkan buah tiruan yang hampir sama baik tampilan maupun rasanya.
"Hal hebat tentang Shine Muscat adalah setiap buah anggur menjadi besar, mudah tumbuh, dan rasanya manis tetapi tidak terlalu manis," ungkap Nakamura, petani anggur Jepang.
Baca Juga: Resep Es Krim Stroberi Rumahan yang Mudah, Enak, dan Bikin Ketagihan!
Meskipun harga anggur Shine Muscat Jepang sering kali dua atau tiga kali lipat dari harga buah-buahan China di pasar, penjual buah di Hong Kong, salah satu pasar tujuan ekspor anggur Jepang, menegaskan bahwa perbedaan kualitas masih dapat dirasakan oleh konsumen.
Pemerintah Jepang telah mengambil langkah-langkah untuk melindungi anggur Shine Muscat dan varietas buah lainnya dari peniruan. Sejak tahun 2020, Jepang telah memperketat peraturannya, melarang benih dan bibit terdaftar dibawa ke luar negeri dengan ancaman hukuman penjara hingga 10 tahun atau denda hingga 10 juta yen ($69.000).
Kepala unit penelitian varietas buah NARO, Takehiko Shimada, menjelaskan bahwa pihaknya menggunakan analisis DNA untuk mendeteksi anggur tiruan.
Meskipun demikian, China dan Korea Selatan masih berhasil menanam dan mendistribusikan anggur tiruan tanpa persyaratan royalti.
Situasi ini semakin mempersulit petani Jepang, yang tidak hanya harus bersaing dengan harga lebih murah dari tiruan asing, tetapi juga menghadapi kesulitan ekspor.