Gelar kehormatan populer yang diasosiasikan dengan gender seperti "pak", "bu", "mas", atau "mbak" biasanya diterjemahkan menjadi "tuan", "Nyonya", "saudara laki-laki", atau "saudara perempuan".
Menggunakan kata ganti yang netral gender atau tidak bergantung pada orientasi gender seseorang adalah perubahan yang mudah dan halus yang dapat menciptakan budaya yang lebih inklusif.
Individu non-biner sering kali mencari cara untuk mengekspresikan identitas gender mereka dan memahami diri mereka sendiri dengan lebih baik.
Hal ini tidak hanya membutuhkan refleksi internal individu tetapi juga dukungan eksternal dari teman, keluarga, dan lingkungan terdekat.
Proses coming out dan penemuan berbeda untuk setiap orang. Keputusan Feby untuk keluar merupakan tindakan yang berani dan juga memberikan kebebasan bagi dirinya sendiri.
Ia berharap orang lain dapat diberikan kebebasan dan keterbukaan ini.
Dalam beberapa tahun terakhir, identitas gender non-biner telah mendapatkan perhatian bersama dengan identitas gender lainnya.
Selain krisis identitas atau topik yang sedang tren, gender non-biner mewakili masa depan yang lebih inklusif dan menghargai semua identitas gender.
Baca Juga: Panggil Saya 'Kak', Bukan 'Mas/Mbak': Memahami Gender Non Biner
Terlepas dari bagaimana orang mengidentifikasi gendernya dan memilih untuk dipanggil, kita harus berhati-hati dan menghormati.
Dunia ini beragam dan tidak biner; masyarakat harus mencerminkan keberagaman ini dalam cara mereka berbicara dan mendekati gender.
Individu non-biner membutuhkan validasi, rasa hormat, dan ruang dalam masyarakat untuk menjalani kehidupannya dengan tulus.