Feby menghadapi kebingungan yang signifikan di masa lalunya, dan dia terlalu maskulin untuk dicap sebagai wanita, terlalu feminin untuk dianggap sebagai pria. Perjuangan untuk mengidentifikasi dalam spektrum biner menyebabkan Feby mengeksplorasi gender non-biner.
Baca Juga: Galaxy Z Fold5, Teman Traveling Ideal untuk Konten Aesthetic!
Feby diidentifikasi sebagai "kepedulian sosial". Ia percaya bahwa gender bukan hanya tentang Anda, tetapi bagaimana Anda menampilkan diri Anda kepada dunia.
Individu non-biner menghadapi tantangan tersendiri dalam menavigasi lingkungan sosial karena identitas mereka tidak sesuai dengan peran biner tradisional.
Banyak orang tidak memahami apa artinya menjadi individu non-biner, sehingga sering kali mengakibatkan mereka salah diberi label dengan kata ganti atau gelar yang tidak tepat dan menyakitkan seperti "bencong".
Baca Juga: Tiket Konser Solo Taemin SHINee 'Metamorph' di Korea Ludes Terjual, Kursi Tambahan Segera Dibuka!
Selain itu, "bencong" masih memiliki konotasi negatif dalam banyak konteks meski diterima di komunitas LGBTQ+.
Kata ganti adalah masalah penting bagi individu non-biner karena mereka lebih memilih untuk ditangani dengan kata ganti yang netral gender.
Kata ganti mereka menggantikan kata ganti gender tradisional he/him/his atau she/her/hers.
Baca Juga: Samsung Galaxy S23 Ultra BMW M Edition Meluncur, Hanya 1000 Unit Tersedia!
Sayangnya, banyak orang tidak menggunakan kata ganti netral gender, yang dapat mengakibatkan individu non-biner merasa tidak valid atau diabaikan.
Feby mengungkapkan keinginannya untuk dipanggil "kak" daripada "mas" atau "mbak".
Menghormati kata ganti dan gelar yang dipilih setiap individu harus menjadi norma, karena hal ini memungkinkan mereka untuk mengekspresikan identitas gender mereka secara akurat.
Baca Juga: Tokyo MER : Mobile Emergency Room Sinopsis Film
Bahasa, khususnya dalam budaya Indonesia, masih menganut kategorisasi gender biner.